Intisari-online.com -Setahun lebih pandemi Covid-19 menguasai dunia, akhirnya bos Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan penyelidikan lebih lanjut tentang teori Covid-19 sebagai hasil kebocoran lab.
Hal tersebut dia ungkapkan dalam sambutannya kepada pers pada hari Selasa (30/3/2021).
Melansir Yahoo News yang mengutip National Review, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa semua hipotesis mengenai asal-usul virus corona "tetap dibahas di atas meja".
Tedros membuat pernyataan tersebut saat pengumuman laporan WHO tentang asal mula pandemi, yang menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin".
“Meskipun tim telah menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hipotesis yang paling kecil kemungkinannya, hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi dengan mengirimkan misi tambahan yang melibatkan ahli spesialis, yang siap saya kerahkan,” kata Tedros seperti yang dikutip dari Yahoo News.
Tedros juga mengindikasikan bahwa tim yang dikontrak oleh WHO untuk menyelidiki asal usul pandemi tidak diberi akses penuh ke data China.
“Tim melaporkan bahwa kasus pertama yang terdeteksi terjadi pada 8 Desember 2019. Tetapi untuk memahami kasus paling awal, para ilmuwan akan mendapatkan keuntungan dari akses penuh ke data termasuk sampel biologis setidaknya dari September 2019," jelasnya.
Menurut Daily Caller, tim WHO menolak hipotesis kebocoran laboratorium di akhir laporan setebal 123 halaman.
Laporan tersebut mengklaim bahwa kebocoran tidak mungkin terjadi karena tiga laboratorium di Wuhan tempat studi virus corona semuanya memiliki fasilitas tingkat keamanan hayati (BSL3 atau 4) berkualitas tinggi yang dikelola dengan baik.
"Selain itu, pemantauan staf menunjukkan tidak ada pelaporan yang kompatibel dengan Covid-19, yang merupakan penyakit pernapasan selama beberapa minggu atau bulan sebelum Desember 2019," jelas WHO.
Namun, menurut informasi yang diperoleh reporter Washington Post Josh Rogin, kesimpulan itu bertentangan dengan penilaian intelijen AS terhadap salah satu laboratorium di Wuhan.
Diplomat AS yang mengunjungi Institut Virologi Wuhan pada 2018 memperingatkan bahwa laboratorium tersebut memiliki masalah keamanan yang serius.
Laporan tersebut juga tidak menyebutkan bahwa Institut Virologi Wuhan menghapus basis data publik dengan informasi 16.000 sampel virus pada September 2019.
Tim WHO tidak meminta informasi dari basis data tersebut sebagai bagian dari penyelidikan mereka.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini