15 Tahun Setelah Ayahnya Dihukum Gantung, Putri Saddam Hussein Tiba-tiba Muncul, Langsung Picu Krisis Diplomatik Tiga Negara Teluk

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Saddam Hussein dan Raghad Saddam Hussein
Saddam Hussein dan Raghad Saddam Hussein

Intisari-Online.com - Raghad Saddam Hussein, putri tertua mantan pemimpin Irak Saddam Hussein, tampil di TV Arab, Senin (15/2/2021).

Dalam acara tersebut, Raghdad mengatakan bahwa dia bisa berperan dalam perpolitikan Irak.

Baca Juga: Saddam Hussein Licin bak Belut, Agen Israel Nadav Zeevi hingga Berencana Menguntit Gundik Saddam Hussein dalam Upaya Pembunuhan Sang Diktator

Charair bertanya pada Raghad dalam acara itu, apakah dia berniat untuk memainkan peran yang lebih langsung dalam perpolitikan di Irak segera.

Raghad Saddam Hussein
Raghad Saddam Hussein

Raghdad lantas menjawab pertanyaan tersebut:

"Segalanya mungkin."

Baca Juga: Terseok-seok Setelah Trump Hancurkan Pemimpinnya, ISIS Langsung Kuat di Bawah Pemimpin Baru, Inilah Dia Abdullah, Terus Bersembunyi Walau 2 Tahun Memimpin

Selain itu, Raghdad juga mengecam campur tangan Iran di kawasan itu.

Dia menggarisbawahi bahwa Iran melanggar Irak setelah tidak adanya kekuatan nyata.

Setelah acara tersebut, Kementerian Luar Negeri Irak memanggil Duta Besar Yordania dan Arab Saudi di Baghdad.

Kementerian Luar Negeri Irak memprotes kenapa Raghad diperbolehkan muncul di televisi.

Baca Juga: Sudah Dikepung Banyak Negara, Iran dan Rusia Ikut-ikutan Kirim Angkatan Lautnya ke Lokasi Sengketa Ini, Bikin Chinadi Atas Angin Sementara Amerika Waspada Perang

Saddam Hussein
Saddam Hussein

Raghad telah tinggal di Ibu Kota Yordania, Amman, sejak 2003.

Ketika itu Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak dan menggulingkan ayahnya.

Baca Juga: Hampir Dua Dekade Tertutup Rapat, Sosok Pembocor Senjata Rahasia Saddam Hussein yang Picu Invasi AS Akhirnya Terungkap

Saddam Hussein adalah Presiden Irak pada periode 16 Juli 1979 hingga 9 April 2003, ketika tertangkap oleh pasukan koalisi saat menginvasi Irak pada tahun 2003.

Sebagai pemimpin Irak dan ketua Partai Ba'ath, ia mengambil kebijakan pan-Arabisme sekuler, modernisasi ekonomi, dan sosialisme Arab.

Baca Juga: 9 Fakta Gila Diktator Irak Saddam Hussein, Termasuk Menumpahkan 50 Liter Darahnya Sendiri untuk Menulis Kitab Suci selama 2 Tahun

(*)

Artikel Terkait