Ratusan penduduk setempat - termasuk petani, penggembala dan buruh - telah bergabung dengannya, meski harus mengeluarkan biaya sangat besar.
Mazari mengatakan, “Orang-orang kami tidak memiliki senjata tetapi mereka pergi dan menjual sapi, domba, dan bahkan tanah mereka, untuk membeli senjata.”
"Mereka berada di garis depan setiap hari dan malam tanpa mendapatkan upah atau gaji apa pun."
Kepala polisi distrik Sayed Nazir percaya, satu-satunya alasan Taliban tidak mengambil alih adalah karena perlawanan warga lokal ini.
"Pencapaian kami adalah karena dukungan rakyat kami," katanya kepada AFP, dengan luka kaki yang dia derita baru-baru ini saat melawan Taliban.
Sejauh ini, Mazari telah merekrut sekitar 600 warga setempat untuk melengkapi pasukan keamanan konvensional di distrik tersebut.
Salah satunya Sayed Munawar (53) yang mengangkat senjata setelah 20 tahun bertani.
"Kami dulunya pengrajin dan pekerja sampai mereka menyerang desa kami," ungkapnya kepada AFP di pos terdepan yang dijaga oleh polisi dan relawan setempat.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR