Muak Taliban Makin Berkuasa, Gubernur Wanita di Afghanistan ini Turun Langsung Rekrut Para Pria untuk Berperang Melawan Taliban

Tatik Ariyani

Editor

Pasukan Taliban di Afghanistan.
Pasukan Taliban di Afghanistan.

Intisari-Online.com -Salima Mazari merupakan gubernur wanita di Afghanistan yang umumnya didominasi pria.

Saat ini, Mazari sedang menjalankan misinya untuk merekrut laki-laki di distrik pedesaan Afghanistan utara guna berperang melawan Taliban.

Diketahui, Taliban telah menduduki sebagian besar pedesaan Afghanistan sejak awal Mei.

Itu terjadi ketika Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan pasukannya pulang dari perang terlama yang mereka hadapi.

Baca Juga: Empat Pasukan Khusus Angkatan Laut AS Lawan 200 Pejuang Taliban, Inilah Kisah Marcus Luttrell, Anggota Pasukan yang Berhasil Selamat, Hingga Ilhami Sebuah Film Perang

Kehidupan lalu berubah sedikit di banyak daerah yang telah direbut Taliban.

Namun di Charkint - distrik pegunungan dan lembah yang terpencil yang dikuasai Mazari - situasinya lebih genting.

Dikutip dari AFP, Mazari mengatakan, "Taliban justru yang menginjak-injak hak asasi manusia."

Perempuan dan anak gadis tidak mendapat pendidikan dan pekerjaan di bawah pemerintahan Taliban.

Baca Juga: Pantas Saja Pejabat Taliban Oleh China Diundang Secara Terhormat, Terkuak Ini Dia Kesepakatan China dengan Taliban, yang Dianggap Saling Menguntungkan

Bahkan setelah kejatuhan milisi itu pada 2001, beberapa kondisinya baru berubah perlahan.

Mazari melanjutkan, "Secara sosial, orang-orang belum siap menerima pemimpin wanita."

Mazari juga merupakan anggota komunitas Hazara, kebanyakan dari mereka adalah Muslim Syiah.

Taliban Sunni menganggapnya sebagai sekte sesat.

Mereka sering menjadi sasaran serangan Taliban dan ISIS.

Serangan itu termasuk terjadi di sekolah ibu kota pada Mei yang menewaskan lebih dari 80 anak perempuan.

Setengah dari distrik yang secara nominal diperintah oleh Mazari sudah berada di bawah kendali Taliban.

Oeh karena itu, Mazari menghabiskan banyak waktu merekrut pejuang untuk mempertahankan sisanya.

Baca Juga: Libatkan 40 Kapal Perang hingga 100 Kendaraan Lapis Baja, Amerika dan Sekutunya Mendadak Kepung Wilayah Sengketa Ini,Tapi Rusia Sama Sekali Tak Gentar

Ratusan penduduk setempat - termasuk petani, penggembala dan buruh - telah bergabung dengannya, meski harus mengeluarkan biaya sangat besar.

Mazari mengatakan, “Orang-orang kami tidak memiliki senjata tetapi mereka pergi dan menjual sapi, domba, dan bahkan tanah mereka, untuk membeli senjata.”

"Mereka berada di garis depan setiap hari dan malam tanpa mendapatkan upah atau gaji apa pun."

Kepala polisi distrik Sayed Nazir percaya, satu-satunya alasan Taliban tidak mengambil alih adalah karena perlawanan warga lokal ini.

"Pencapaian kami adalah karena dukungan rakyat kami," katanya kepada AFP, dengan luka kaki yang dia derita baru-baru ini saat melawan Taliban.

Sejauh ini, Mazari telah merekrut sekitar 600 warga setempat untuk melengkapi pasukan keamanan konvensional di distrik tersebut.

Salah satunya Sayed Munawar (53) yang mengangkat senjata setelah 20 tahun bertani.

"Kami dulunya pengrajin dan pekerja sampai mereka menyerang desa kami," ungkapnya kepada AFP di pos terdepan yang dijaga oleh polisi dan relawan setempat.

Baca Juga: Negara-negara Miskin Sejagat Sudah Sampai Mengemis, Australia dan China Malah Saling Sabotase demi Sumbang Vaksin Covid-19 untuk Negara Ini, Ada Udang di Balik Batu?

"Mereka mengambil desa terdekat dan menjarah karpet serta barang-barang... kami terpaksa membeli senjata dan amunisi."

Faiz Mohammad (21) adalah relawan lainnya, di mana dia terpaksa menunda studi ilmu politiknya untuk berperang melawan Taliban.

Gubernur Mazari tahu betul jika Taliban kembali, mereka tidak akan pernah mentolerir seorang wanita dalam posisi kepemimpinan seperti itu.

Mazari mengatakan, "Perempuan akan dilarang mendapatkan kesempatan pendidikan dan pemudi kita akan kehilangan pekerjaan."

Artikel Terkait