Becak Indonesia berbeda dengan keluarganya, baik Jinrikisha (Jepang) maupun Angkong (Cina).
Becak menggunakan ban angin yang lebih fleksibel dan mudah digunakan, sedangkan Jinrikisha dan Angkong sama-sama menggunakan ban mati.
Lebih sulit dan lebih berat untuk dibawa. Itu juga didorong dari belakang penumpang sementara dua lainnya ditarik dari sisi depan.
Setelah diperkenalkan di Batavia, orang mulai menggunakan becak sebagai transportasi umum.
Becak dibawa ke Surabaya pada tahun 1940.
Ketika pendudukan Jepang (1942) terjadi, jumlah becak tumbuh begitu cepat karena kebijakan ketat tentang konsumsi bahan bakar dan larangan kendaraan pribadi.
Dengan demikian, permintaan becak semakin besar sehingga menjadi transportasi umum favorit dan populer saat itu.
Setelah kemerdekaan, populasi becak berkembang pesat karena permintaan yang tinggi.
Pada 1950-an, becak mencapai jumlah 25 hingga 35 ribu. pada tahun 1966, mencapai 160 ribu unit di Jakarta saja.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Herayati, Anak Tukang Becak yang Berhasil Jadi Dosen ITB di Usia 22 Tahun
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR