Intisari-online.com -Ekonomi Indonesia tumbuh 7.07% pada periode April sampai Juni 2021 dibandingkan periode tahun lalu.
Hal ini disampaikan oleh kepala Badan Pusat Statistik Indonesia Kamis 5/8/2021.
Melansir Channel News Asia, angka ini tertinggi sejak Covid-19 menghentikan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ini juga menandai keluarnya Indonesia dari resesi.
Ekonomi Indonesia jatuh ke dalam jurang resesi sejak lebih dari 20 tahun pada tahun 2020 lalu.
Tahun 2020 kemarin, kontraksi tahunan hanya 2.07%.
Covid-19 telah menjadi penyebab utama, karena menghambat aktivitas warga dan operasi bisnis.
Gambaran kuartal kedua lebih baik dibandingkan dengan periode Januari sampai Maret, di mana PDB berkontraksi sekitar 0.7% tahun-ke-tahun.
Pertumbuhan pada periode April hingga Juni didorong oleh pertumbuhan konsumsi domestik dan ekspor, kata Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono.
“Peningkatan mobilitas masyarakat pada triwulan II 2021 mendorong pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,93 persen,” kata Yuwono.
Peningkatan ekspor tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari mitra ekspor Indonesia, sementara mobilitas tinggi karena beban kasus Indonesia menurun selama periode tersebut, tambahnya.
“Pada triwulan II tahun 2021, nilai ekspor komoditas Indonesia mengalami peningkatan yang mengesankan sebesar 55,89 persen.
"Peningkatan ekspor terjadi pada komoditas pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan,” kata Yuwono.
Dia mencatat bahwa mitra ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat, China dan Singapura tumbuh 12,2 persen, 7,9 persen dan 14,3 persen year-on-year pada kuartal kedua tahun ini.
Secara triwulanan, ekonomi Indonesia tumbuh 3,31 persen dibandingkan -0,92 persen pada triwulan pertama tahun ini.
Pengumuman Kamis datang setelah Indonesia kehilangan status negara berpenghasilan menengah ke atas bulan lalu, hanya setahun setelah diklasifikasikan sebagai satu negara menengah ke atas.
Ledakan kasus Covid-19
Sayang, pertumbuhan kuat ini tumbuh di kuartal II ketika belum terlihat ledakan kasus Covid-19.
Setelah Juni Indonesia mengalami ledakan kasus Covid-19 yang menyebabkan pembatasan aktivitas masyarakat digerakkan kembali.
Pakar memperingatkan pemulihan ekonomi ini akan mundur lagi akibat infeksi Covid-19 yang meledak sejak Juni lalu.
Meski Indonesia mengalami kenaikan ekspor, BPS menyebutkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini disebabkan efek dasar yang rendah dibandingkan dengan kuartal kedua tahun lalu.
Pakar juga tidak berharap banyak dari ekonomi Indonesia karena ledakan Covid-19 sudah terlihat sangat membatasi pergerakan masyarakat.
"Kenaikan PDB Indonesia akan berumur pendek," kata Krystal Tan, ekonom ANZ yang termasuk di antara mereka yang memperkirakan pertumbuhan lebih lambat tahun ini.
Perkiraan baru ANZ adalah 3,8%, turun dari 4%.
"Laju pemulihan akan dibatasi sampai risiko COVID-19 memudar."
Bank sentral telah menurunkan proyeksinya ke kisaran 3,5% menjadi 4,3%, dari 4,1% menjadi 5,1%, sedikit di bawah perkiraan pemerintah sebesar 3,7% menjadi 4,5%.
Ekonomi Indonesia menyusut tahun lalu untuk pertama kalinya sejak 1998, sebesar 2,1%.
PPKM Jawa-Bali diperpanjang sampai 9 Agustus, dan pemerintah mencari cara agar September dapat membuka ekonomi kembali.
Melansir Reuters, menteri ekonomi Airlangga Hartanto mengatakan pemerintah berupaya memperkecil jumlah pasien dirawat Covid-19 dari 500 ribu sehari turun menjadi 100 ribu sehari.
Tujuannya agar ekonomi mencapai kembali momentumnya di kuartal keempat dan tumbuh lebih dari 5%.
Upaya pemulihan juga digenjot dengan percepatan vaksinasi.
Namun sejak Januari lalu, baru 8% dari populasi Indonesia yang baru divaksin.
Jika vaksinasi lambat maka pemerintah terpaksa terus-terusan melaksanakan PPKM.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga berjanji mempercepat penyerapan anggaran dan memperpanjang kelonggaran pajak.