Intisari-Online.com -Keberhasilan pasangan ganda putri bulutangkis Indonesia Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 turut dimeriahkan sejumlah politisi.
Mulai dari Ketua umum, politisi, dan pengurus partai politik banyak memberi ucapan selamat atas prestasi tersebut.
Bahkan, tak jarang logo partai atau wajah sang politisi terpampang lebih mencolok dari wajah sang atlet kepada Greysia/Apriyani.
Menanggapi hal ini, pengamat politik sekaligus pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio mengatakan hegemoni ini biasa.
Saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (2/8/2021), Hendri mengtakan, "Ya gak apa-apa juga sih, ini kan lebih ke ekspresi kegembiraan atas keberhasilan merebut medali emas. Lembaga Survei Kedai Kopi juga bikin (poster), walaupun gak pakai foto saya."
Menurut Hendri, tak ada yang salah dengan banyaknya poster ucapan selamat kepada Greysia dan Apriyani.
"Kalau foto politisinya lebih gede dari atlet, mungkin bisa dianggap memanfaatkan momentum. Tapi terlepas dari itu semua, ini lebih sekadar bentuk ekspresi kegembiraan bersama dan masyarakat pasti sudah cerdas dalam menanggapi animo ini," jelasnya.
Terlepas dari aksi para politisi tersebut, perpanjangan PPKM di berbagai wilayah juga tak kalah menarik perhatian banyak orang untuk melakukan aksi kebaikan, untuk saling berbagi.
Aksi memborong dagangan untuk membantu para pedagang semakin banyak dilakukan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Contohnya saja seperti yang terjadi pada Nur Azizah, salah seorang penjual ayam penyet di pinggir Jalan Brigjen Katamso, Kota Medan.
Sejak PPKM darurat, jualan Nur Azizah sepi pembeli karena jalanan di tempatnya berjualan disekat.
Otomatis, pelanggan yang biasa melewati jalan itu tak lagi menyambangi warungnya.
Beruntung bagi Azizah karena ada aksi borong anak-anak muda Medan.
Siang itu, Rabu (3 Agustus 2021), rezeki berpihak kepada Azizah setelah belasan pemuda, laki-laki dan perempuan, tiba-tiba datang ke warungnya.
Tanpa basa-basi, mereka langsung memborong seluruh dagangan Azizah.
Bahkan, beberapa anak muda tersebut membantu Azizah untuk menggoreng sebagian besar ayam belum digoreng.
Usai memborong dagangan Azizah, mereka lalu membagikan makanan itu secara gratis.
Mereka kemudian memasang spanduk di depan steling Azizah yang berisi pesan, siapa saja yang lapar dan butuh makan, dipersilahkan mengambil makanan dari sana. Gratis.
Beberapa saat kemudian, pengendara dan warga yang kebetulan lewat, langsung mengantre untuk mengambil nasi ayam penyet yang sudah disiapkan.
Ada tukang becak atau driver ojek online lewat, nak-anak muda itu langsung menyodorkan makanan gratis itu.
Tak lupa, mereka juga membagi masker dan mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.
Di samping membayar untuk harga dagangan yang diborong, mereka juga memberinya uang lebih.
Anak-anak muda ini datang dari komunitas bernama Warung Medan Peduli.
Nyaris setiap hari, dalam tiga pekan terakhir, mereka selalu turun ke jalanan untuk memborong dagangan pelaku UMKM, terutama penjual makanan.
Mereka adalah relawan yang direkrut untuk menyebar virus kebaikan.
Gerakan ini dimulai sejak PPKM darurat diberlakukan di Medan, dengan konsepmembeli dagangan pedagang kecil, kemudian membagikannya kepada masyarakat.
Di daerah lainnya juga masih banyak aksi solidaritas serupa seperti yang dilakukan para pengemudi ojek dan taksi daring di Jawa Timur ini.
Melansir Kompas TV, Senin (2 Agustus 2021), setiap pagi dan sore hari, para pengemudi ojek dan taksi daring ini berkumpul di sejumlah titik, untuk berbagi tugas mendistribusikan makanan siap saji kepada warga yang menjalani isolasi mandiri, di Jember, Jawa Timur.
Makanan yang disiapkan merupakan hasil patungan sukarela para pengemudi ojek dan taksi daring ini, dari sumbangan sejumlah donatur.
Makanan yang diantar pun dipesan dari sejumlah warung makan yang terdampak secara ekonomi, akibat pembatasan kegiatan.
Aksi ini juga mengajak warga yang memiliki makanan lebih untuk berbagi.
Selain berkoordinasi dengan satgas di masing-masing lingkungan, mereka mendapatkan data dan identitas warga yang menjalani isolasi mandiri dari formulir yang dibagikan di media sosial.
Karena mendatangi lingkungan warga yang tengah menjalani isolasi mandiri memiliki risiko tinggi, para pengemudi ojek daring ini pun sadar betul untuk disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.