Intisari-Online.com -Hampir semua negara di seluruh dunia menganggap tenaga kesehatan sebagai pahlawan selama pandemi Covid-19.
Mereka dipuja-puji serta terus diberikan semangat untuk terus berjuang di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain.
Maklum, mereka adalah garda terdepan dalam penanganan warga masyarakat yang terinfesi virus corona.
Di Indonesia misalnya, para tenaga kesehatan mendapatkan insentif jika terlibat dalam penanganan pandemi.
Baca Juga: Myanmar Negara yang Terletak Paling Utara di ASEAN, Punya Iklim Paling Unik
Namun, bisakah Anda membayangkan adanya suatu negara yang justru menyerang para tenaga kerjanya sendiri.
Dalam beberapa kasus, para petugas kesehatan di negara tersebut bahkan sampai ditangkap.
Alhasil, negara tersebut kini tinggal menunggu waktu menjadi salah satu negara dengan kondisi pandemi Covid-19 terburuk seantero dunia.
Bahkan, ramalan kondisi mencekam tersebut disampaikan langusng oleh Duta Besar Inggris untuk PBB.
Dalam 'ramalannya', Barbara Woodward, nama Duber tersebut, menyebut bahwa dalam dua minggu ke depan, separuh dari penduduk negara tersebut akan terinfeksi Covid-19.
Apa yang akan terjadi setelah itu? Bayangkan saja bahwa negara tersebut memiliki penduduk sebanyak 54 juta jiwa.
Jika prediksi menyebutkan bahwa setengah populasi negara tersebut akan terinfeksi Covid-19, berarti akan ada 27 juta kasus di negara tersebut.
Memang, tidak semua pasien akan membutuhkan, akan tetapi bisa dipastikan akan banyak penduduk negara tersebut yang membutuhkan penanganan dari tenaga medis.
Belakangan, China yang menjadi salah satu sahabat dekat negara tersebut pun telah menyumbangkan dua juta vaksin.
Namun, jika dibandingkan dengan total penduduk negara tersebut, maka hanya akan ada 3,2% populasi yang bisa menerima vaksin.
Baca Juga: Ini Negara ASEAN yang Memiliki Iklim Subtropis, Tapi Cuma Sebagian Wilayah Negaranya Saja
Sudahkah Anda bisa menebak negara mana yang dimaksud? Jika, Anda menjawab Myanmar, maka Anda sudah menjawab dengan tepat.
Ya, sejak militer mengambil alih kekuasaan pada Februari lalu, kondisi Myanmar menjadi kacau balau di berbagai bidang.
Tidak terkecuali di bidang kesehatan yang kini justru sedang berada di titik kritis karena kondisi pandemi Covid-19.
Usai para petugas kesehatan terus-terusan diserang dan ditangkap jika diketahui melawan junta militer, sistem perawatan kesehatan Myanmar dipastikan runtuh total.
"Virus ini menyebar melalui populasi, memang sangat cepat," ungkap Woodward saat berbicara di diskusi informal Dewan Keamanan tentang Myanmar, seperti dikutip dariKontan.co.id.
"Dengan beberapa perkiraan, dalam dua minggu ke depan, setengah dari populasi Myanmar dapat terinfeksi Covid."
Selama Juni saja jumlah angka infeksi Covid-19 di Myanmar sudah meningkat total dengan4.980 kasus dan 365 kematian dilaporkan pada Rabu (28/7).
Pada akhirnya, Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun pun seolah menyerah dan memilih untuk mengemis bantuan internasional untuk negaranya.
"Kami ingin meminta PBB, khususnya Dewan Keamanan, untuk segera membentuk mekanisme pemantauan yang dipimpin PBB untuk vaksinasi Covid yang efektif dan kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan," tutur Tun.
Semoga bantuan tersebut bisa datang dalam waktu dekat.