Dia adalah Kartosuwiryo, salah satu kawan dari Soekarno kala masih menimba ilmu dan mondok di rumah HOS TJokroaminoto di Surabaya pada tahun 1918-an.
Ketika akhirnya keputusan eksekusi dijatuhkan pada Kartosoewirjo yang juga seorang pejuang kemerdekaan ini, konon Presiden Soekarno menangis.
Saat itu, dialah yang harus menandatangani surat hukuman mati pria bernama lengkap Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo tersebut.
Pemberontakan DI/TII sendiiri punya tujuan untuk mendirikan Negara Islam (NII).
Baca Juga: Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka, Ini Beberapa Faktor Atau Gagasan yang Mendorongnya
Kartosoewirjo memproklamasikan hadirnya NII sebagai negara melalui maklumat pemerintah No II/7.
Dalam maklumat disebutkan bahwa 17 Agustus 1945 adalah akhir masa kehidupan Indonesia.
Kartosoewirjo memantapkan keputusannya untuk mengklaim seluruh wilayah Indonesia sebagai kekuasaan dari NII.
Ide Kartosuwiryo kemudian diikuti oleh daerah-daerah lainnya, membuat pergerakan DI/TII semakin meluas di Indonesia, membuat pemberontakan ini semakin sulit ditumpas.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR