Intisari-Online.com – Sajian tari Wutukala ini mengungkapkan kegembiraan suku Moy di Papua Barat, ditampilkan setiap kali acara adat yang menggambarkan salah satu kegiatan suku ini.
Suku Moy, salah satu suku di Papua Barat memiliki sejarah yang panjang.
Suku ini merupakan salah satu suku yang berjasa dalam perkembangan kesenian di provinsi ini, karena memiliki tarian tradisional.
Bila Anda mengunjungi Papua Barat, jangan lewatkan pertunjukan tari tradisional, terutama dari suku Moy ini.
Tarian tradisional biasanya digunakan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah alam, kemakmuran, kesehatan, dan lain sebagainya.
Tarian juga merupakan simbol yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti berburu, berkebun, dan lain-lain.
Lalu, apa itu tari Wutukala?
Tari Wutukala adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Moy yang tinggal di Papua Barat.
Baca Juga: Selain Tifa, Inilah 6 Alat Musik Tradisional dari Papua Barat, dengan Bentuk dan Suaranya yang Unik
Tarian ini menggambarkan aktivitas masyarakat saat memancing, yang dibawakan secara berkelompok dan berpasangan antara penari pria dan wanita.
Tari Wutukala adalah salah satu tarian tradisional yang paling terkenal di Papua Barat.
Tarian ini dikenal di daerah pesisir Sorong karena masyarakat suku Moy tinggal di daerah tersebut, dan selalu ditampilkan dalam upacara adat.
Tari Wutukala adalah tarian yang menggambarkan hasil karya orang Moy.
Suku ini mencari nafkah dengan berburu ikan.
Suku Moy adalah salah satu suku yang tinggal di wilayah pesisir pantai Sorong di Papua Barat.
Sebagian besar masyarakat suku ini memang memiliki profesi sebagai nelayan sejak zaman dahulu.
Menurut sejarah, pada zaman dahulu masyarakat suku Moy hanya menggunakan tombak sebagai alat untuk mencari ikan.
Tetapi, sekarang bila mencari ikan dengan tombak merupakan hal yang tidak mudah.
Lalu, masyarakat suku Moy mencari alternatif lain dengan menggunakan serbuk akar tuba agar mereka dapat menemukan ikan dengan mudah.
Bubuk akar tuba merupakan racung ringan yang membuat ikan menjadi pusing dan ikan dapat ditangkap dengan mudah.
Akhirnya, teknik ini menjadi tradisi di masyarakat suku Moy.
Untuk mengingatkan cara baru menangkap ikan inilah masyarakat menciptakan tarian Wutukala tadi.
Tarian Wutukala berfungsi untuk melestarikan apresiasi atas perkembangan dan inovasi untuk mencari ikan karena nelayan merupakan profesi utama suku Moy.
Mereka telah mencari ikan sejak zaman dahulu dan inovasi ini menggantikan teknik memancing dengan menggunakan tombak.
Tarian Wutukala juga dianggap sebagai rasa syukur atas karunia Tuhan yang melimpah.
Orang suku Moy mendapatkan berkah luar biasa dari inovasi tersebut.
Bisa dibilang bahwa ini merupakan peristiwa yang unik, karena suku Moy dapat berinovasi tanpa bantuan teknologi modern, dan juga tidak membahayakan ekosistem laut.
Biasanya, tarian Wutukala dibawakan oleh penari wanita dan pria, yang terdiri dari 5 – 6 pasang.
Para penari memakai pakaian adat dan perlengkapan tari seperti tombak untuk penari pria dan noken yang digunakan oleh penari wanita.
Noken adalah tas untuk membawa ikan.
Gerakan tarian ini menunjukkan keceriaan dan semangat yang menyatu dalam satu gerakan alam.
Dalam tarian tersebut juga digambarkan gerakan memancing yang merupakan gerakan yang unik, terlihat seperti gerakan memancing dengan tombak oleh penari pria dan gerakan mengambil tangkapan dari penari wanita.
Mengiringi tarian Wutukala menggunakan musik tradisional Tifa.
Beberapa orang menambahkan alat musik yang lain seperti ukulele, bas, gitar, dan lain sebagainya.
Semakin membuat tarian ini menarik kala menggunakan alat musik modern.
Tidak hanya diiringi dengan alat musik, tetapi lagu-lagu tradisional yang menggambarkan rasa syukur dan kegembiraan pun mengiringi tarian Wutukala.
Bahkan irama musik pun disesuaikan dengan lagu-lagunya.
Semakin cantik, kala para penarinya menggunakan kostum tradisional.
Para penari itu hanya mengenakan pakaian seperti rok yang terbuat dari akar dan daun yang diletakkan di pinggang para penari.
Yang laki-laki mengenakan penutup kepala yang terbuat dari bulu Cenderawasih, dengan lukisan etnik dalam warna hitam putih di atas tubuh para penari.
Sementara penari wanita memakai pakaian yang sama dengan penari pria hanya saja disesuaikan dengan bentuk tubuh wanita.
Dalam perkembangannya, masyarakat Papua Barat telah melakukan banyak langkah cerdas untuk melestarikan tarian Wutukala ini.
Banyak seniman yang menambahkan musik dan gerakan untuk menarik para wisatawan asing dengan tarian ini.
Meskipun dipadukan dengan gerakan-gerakan modern, namun para seniman tidak melupakan unsur-unsur tradisional dalam tarian ini.
Alat musik tradisional tetap menjadi komponen kunci untuk menciptakan musik dan lagu dalam tarian ini.
Gerakan sederhana dari tarian Wutukala yang merupakan simbol hoki suku Moy inilah yang mempesona para wisatawan.
Baca Juga: Polisi Tindak Tegas Para Pengunjuk Rasa di Papua Barat, Tak Ingin KKB Papua Disebut Teroris
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari