Maladewa juga tidak bisa hanya mengandalkan warganya, karena sistem perawatan kesehatannya sangat bergantung pada pekerja asing.
Banyak dari dokter dan perawat itu berasal dari India.
Salah satu akibatnya adalah Maladewa tidak yakin bagaimana mengelola rumah sakitnya untuk krisis berikutnya.
“Kami telah berbicara dengan negara-negara seperti Bangladesh dan India” tentang perekrutan dokter dan perawat mereka, kata Presiden Ibrahim Mohamed Solih kepada wartawan bulan lalu. “Tetapi mereka tidak dapat memberikan bantuan apa pun karena situasi Covid mereka sendiri.”
Maladewa, negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan populasi sekitar 540.000 jiwa, telah mengatur dirinya sebagai model respons pandemi untuk negara-negara kecil.
Pemerintah menggunakan pelacakan kontak yang agresif, dan mengandalkan geografi pulau yang tersebar untuk memperlambat wabah.
Mereka juga menjaga beban kasus Covid cukup rendah untuk mencabut pembatasan pergerakan domestik dan memikat wisatawan internasional kembali ke resor mewahnya yang menjadi andalan ekonomi.
“Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok,” kata Thoyyib Mohamed, direktur pelaksana badan hubungan masyarakat resmi negara itu, kepada The New York Times pada Februari. “Tetapi untuk saat ini, saya harus mengatakan: Ini adalah studi kasus yang sangat bagus untuk seluruh dunia, terutama destinasi tropis.”
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR