Penulis
Intisari-Online.com -Terbayangkah Anda jika suatu vaksin Covid-19 yang diketahui telah menimbulkan efek samping bagi kelompok muda justru direkomendasikan bagi lansia?
Bahkan, tidak tanggung-tanggung, usia dari lansia yang direkomendasikan untuk diberi suntikan vaksin ini adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.
Padahal, dari sejumlah kelompok muda yang diberi vaksin tersebut, hingga kini masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Mengapa bisa demikian? Berikut ulasannya.
Seperti diketahui, vaksin Covid-19 memang memberikan beragam efek samping bagi para penerimanya.
Ada yang tidak merasakan efek sama sekali, ada yang hanya merasakan demam, namun ada pula yang harus sampai dirawat di rumah sakit.
Hal ini pada akhirnya membuat sebagian orang merasa enggan untuk diberi vaksin Covid-19, terutama jenis vaksin tertentu.
Padahal, kini vaksin Covid-19, beberapa tentunya, disebut-sebut mampu mengatasi varian delta.
Varian yang telah membuat Inidia sebagai produsen utama vaksin dunia kelabakan hingga disebut 'diterjang badai Covid-19'.
Lalu kini, varian delta telah menerjang Indonesia dan telah memecahkan beberapa rekor menyeramkan.
Terbaru, pada Senin (21/6/2020) dilaporkan bahwa terdapat 14.536 kasus baru Covid-19 hanya dalam wakut 24 jam, terbanyak hingga saat ini.
Pemicu dari berbahayanya varidan delta adalah kemampuannya untuk lebih mudah menular bahkan mampu menurunkan antibodi tubuh.
Untungnya, Public Health England menemukan bahwa terdapat beberapa jenis yang mampu
Beberapa di antaranya, lagi-lagi 'untungnya', sudah masuk dan mulai digunakan di Indonesia.
Dua jenis vaksin di Indonesia yang dianggap mampu mengatasi varian delta adalah vaksin Pfizer-BioNtech dan vaksin AstraZeneca.
Untuk yang pertama, hampir jarang sekali ditemukan kabar adanya efek samping. Tidak seperti dengan vaksin kedua.
Seperti banyak diberitakan, vaksin AstraZeneca disebut memberikan efek samping berupa pembekuan darah.
Bahkan, beberapa orang harus dirawat di rumah sakit dan ada pula yang disebut meninggal dunia.
Padahal, vaksin ini disebutkan mampu mencegah orang yang terpapar varian delta hingga harus menjalani rawat inap.
Sebuah data terbaru malah menunjukkan pasien-pasien yang positif terpapar varian delta, tidak ada yang mengalami kematian usai dua kali disuntik vaksin AstraZeneca.
Merujuk pada data tersebut, tentu wajar saja jika akhirnya banyak orang yang kini mulai berharap untuk mendapat kesempatan diberi vaksin tersebut.
Hanya saja, sebuah penelitian di Australia justru menyebutkan bahwa vaksin AstraZeneca hanya direkomendasikan bagi lansia dengan usia di atas 60 tahun.
Sebuah saran yang sempat menimbulkan guncangan besar berdasar pada fakta bahwa di Australia saja, terdapat 36 orang yang didiagnosis menderita trombosis dengan trombositopenia usai disuntik vaksin AstraZeneca.
Namun, justru hal inilah yang membuat para ahli di Australia justru lebih merekomendasikan pemberian vaksin AstraZeneca untuk lansia.
“Sejumlah orang Australia telah terluka akibat pembekuan darah, dan mereka terutama terjadi pada individu muda … beberapa dari mereka akan mengalami komplikasi jangka panjang sebagai akibat dari peristiwa ini,"kata Associate Professor Christopher Blyth seperti dilansir darismh.com.au.
Paraahli lebih takut akan risiko jangka panjang dibandingkan dengan risiko kematian dari pemberian vaksin AstraZeneca.
"Lebih banyak yang perlu dipertimbangkan daripada kematian," pungkas Blythyang mengepalai Kelompok Penasihat Teknis Australia untuk Imunisasi.