Intisari-Online.com - Apakah peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste benar-benar diakui? Inilah kisah pemberontak perempuan Timor Leste yang terlupakan.
Timor Leste menuju ke tempat pemungutan suara pada 12 Mei 2018 dalam pemilihan umum kedua dalam beberapa tahun.
Koalisi partai oposisi yang dipimpin oleh Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT) mengklaim kemenangan.
Lebih dari enam bulan kebuntuan politik telah memaksa Presiden Francisco Guterres untuk membebaskan parlemen pada Januari 2018, menyerukan pemilihan awal untuk pertama kalinya dalam sejarah singkat negara itu.
Kampanye yang dihasilkan sebagian besar berpusat pada isu-isu ekonomi, meninggalkan isu-isu gender yang kurang diperdebatkan.
Secara khusus, tidak ada kebijakan yang jelas untuk mengakui peran kunci yang dimainkan perempuan selama perlawanan negara terhadap Indonesia dari tahun 1975-1999.
Seperti kebanyakan pemilu Timor sejak kemerdekaan, jajak pendapat 12 Mei adalah kontes antara dua mantan pemimpin militer, Mari Alkatiri dan Xanana Gusmao.
Mereka menunjukkan bagaimana veteran laki-laki terkemuka dari perlawanan terus meningkatkan kepahlawanan mereka untuk keuntungan politik.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR