Intisari-online.com -Sebuah buku yang mengungkapdosa Australia kepadaTimor Leste ternyata sudah ada.
Buku ini mendapatkan ulasan oleh Peter Baker, dengan penilaiannya: "Jika Anda mencari bacaan bagus yang akan memberi Anda, pembaca yang bahagia, sedikit kebanggaan tentang bagaimana Australia, negara "fair go", menerapkan dirinya di kancah internasional secara umum atau lokal, katakanlah di daerah sebelah utara kami, Timor Timur, maka Anda akan mengalami kekecewaan besar."
Buku berjudul A Narrative Of Denial: Australia And The Indonesian Violation of East Timor memberi pembaca ulasan rinci dan penjelasan mengenai apa yang terjadi di Timor Leste.
Semua dibeberkan meliputi serangan, kelaparan sistemik, penanganan yang salah dan mengerikan serta pembantaian massal warga lokal, sampai Pasukan Internasional Timor Leste (INTERFET) membuat kemunculan, bukunya sulit untuk dibaca.
Namun penjelasan kemudian berhenti, dan penulis buku tersebut, Peter Job, tidak menyebut banyak mengenai Timor Leste menjadi sumber daya minyak berharga.
Ia hanya menyebut kepentingan perusahaan Woodside Petroleum dalam mengeksploitasi minyak di Laut Timor, tanpa menjelaskan berapa banyak minyak bumi Timor Leste mengalir ke Australia setelah INTERFET datang.
Pandangan umum penulis mengenai aksi Pemerintah Australia di tahun-tahun awal tidak dipengaruhi masalah cuan seperti kepentingan sumber daya.
Kini keadaannya sudah berbeda, dengan kasus sidang yang sedang berlangsung melibatkan Mantan Deputi Kepala Kementerian Teritori Ibukota Australia Bernard Collaery dan penyadapan Australia ke kabinet Timor Leste selama negosiasi minyak dan gas di Laut Timor.
Buku karangan Job tersebut menceritakan serangan awal di Timor Leste oleh Indonesia tahun 1975, sampai keterlibatan PBB di tahun 1999 dan kehadiran pasukan PBB membebaskan negara itu untuk kemerdekaan.
Awalnya, Australia mendapat masukan dari pemerintah Whitlam, tapi setelah pemberhentian tahun 1975, Malcolm Fraser mengambil kendali.
Melihat dari konteks sejarah, Job berpendapat jika ada ketakutan pemberontakan menjadi "pasca Vietnam".
Job menggambarkan tahun-tahun setelah invasi, pembantaian dan penganiayaan di seluruh desa, penolakan Portugal untuk terlibat dan kepedulian terhadap yang terjadi di Timor Leste yang rendah.
Job melukiskan gambaran menyedihkan ini dan menyesalkan langkah Australia mendukung Indonesia kala itu.
Namun tiba-tiba buku menceritakan kebohongan dan klaim yang salah dari para pejabat tingkat tertinggi dan semua upaya yang dibuat untuk mendiskredit yang merasa di atas hukum.
Penulis ulasan bahkan merasa saat ia membaca buku itu ia membayangkan mantan Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain melambaikan selembar kertas tahunn 1938 sebelum Eropa dibakar.
Ia mengatakan "kedamaian untuk masa kami".
Namun yang terjadi di Timor Leste adalah Malcolm Fraser berdiri di luar Dili yang hancur mengatakan: "tidak ada yang dilihat di sini".
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini