Intisari-Online.com - Australia telah dituduh "menyedot" jutaan dolar per bulan dari pendapatan minyak yang seharusnya menjadi milik Timor Leste.
Hal itu terjadi karena pemerintah belum meratifikasi perjanjian perbatasan laut.
Tuduhan itu dipublikasikan dalam artikel yang tayang di The Guardian (15 April 2019), dengan perkiraan menunjukkan pendapatan yang diambil oleh Australia sejak penandatanganan perjanjian berjumlah lebih dari bantuan luar negeri Australia yang telah diberikan kepada Timor Leste, dan lebih besar dari yang dibelanjakan Timor Leste untuk kesehatan dalam satu tahun.
Perjanjian bersejarah, yang ditandatangani di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Maret 2018, membatasi perbatasan maritim permanen untuk menutup Gap Timor, dan menetapkan wilayah "rezim khusus" untuk berbagi ladang gas bernilai miliaran dolar yang belum dimanfaatkan di Laut Timor.
Baca Juga: Inilah Iklim Timor Leste, Kapan Sebaiknya Berkunjung ke Negara Ini
Perbatasan baru tersebut mengkonfirmasi beberapa bekas ladang dan ladang operasional berada di wilayah Timor Leste, meskipun Australia telah mengambil untung selama beberapa dekade.
Pada saat penandatanganan, Australia bersikeras bahwa perjanjian itu tidak akan berlaku sampai kedua negara meratifikasinya.
Namun pemerintah Australia gagal meratifikasi kesepakatan itu sebelum pengumuman pemilihan federal tahun itu.
Kritikus menyalahkan ini pada "disfungsi" pemerintah Koalisi dan parlemen ke-45.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR