Intisari-online.com - Saat ini mungkin kita pernah bertanya-tanya tenang bagaimana kondisi ekonomi Palestina.
Karena seperti yang kita tahu, Palestina adalah negara yang selama puluhan tahun berjibaku dengan konflik dengan Israel.
Selain itu, akibat konflik tersebut, membuat Palestina hampir tidak memiliki ekonomi yang stabil.
Untk itu salah satunya dengan mendapatkan bantuan internasional, membuat ekonomi di negeri itu masih bisa bergerak.
Tak hanya itu saja, banyaknya wilayah yang diduduki Israel, membuat warga Palestina bergantung pada Israel.
Wilayah Palestina kini hanya menyisakan Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Itupun sebagian wilayahnya sudah mulai dikuasi Israel, bahkan sempat ada wacana Israel untuk mencaplok wilayah Tepi Barat.
Selain donasi Internasional, Palestina ternyata memiliki beberapa sektor industri yang menopang perekonomian negaranya.
Warga Palestina diketahui menggantungkan hidup dengan bekerja di sejumlah lahan industri, pertanian dan perkebunan, serta sektor kontruksi.
Banyak di antaranya merupakan perusahaan milik Israel.
Sementara sebagian besar di Jalur Gaza penduduk Palestina bekerja sebagai nelayan.
Kurangnya sumbangan dari negara dan donatur juga membuat ekonomi Palestian tercekik.
Keadaanya akan bertambah parah ketika Israel melarang impor barang-barang ke Gaza yang dianggapnya bisa digunakan untuk keperluan militer.
Perdagangan ekspor impor, Israel juga mendominasi ekonomi Palestina.
Tel Aviv merupakan partner dagang utama Palestina yang menyumbangkan 80 persen dari ekspor impor Palestina.
Sementara itu, di masa pandemi ini Covid-19 juga membuat Palestina makin tercekik, ekonominya.
Menurut Bank Dunia, dalam laporan yang dirilis Juni 2020, Pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina diprediksi kontraksi 7,6 persen.
Palestina bisa mengalami dampak lebih buruk seandainya Israel terus mencaplok wilayah tepi Barat.
Bahkan kontraksi ekonomi mencapai 11 persen, jika otoritas Palestina lambat dalam melakukan penanganan.
"Dengan adanya pandemi Covid-19 di bulan ketiga, membuat mata pencaharian orang Palestina terkena imbasnya, otoritas Palestina berupaya keras menanggulangi Pandemi, " kata Direktur Bank Dunia.
"Namun di sisi lain, donasi dari luar negeri terus menyusut dan terbatasnya instrumen ekonomi. Kondisi ini membuat pemerintah dalam kondisi sulit, untuk melindungi ekonomi warganya," imbuhnya.
Menurut laporan Bank Dunia, lebih dari seperempat warga Palestina hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan sebelum Covid-19.
Pasca-Pandemi, jumlah warga miskin meningkat tajam antara lain sebesar 30 persen di Tepi Barat dan 64 persen di Jalur Gaza.
Tingkat pengangguran kaum muda di Palestina berada di level 38 persen, angka pengangguran ini sangat mengkhawatirkan, jauh di bawah rata-rata negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Dengan kondisi ini, ditambah blokasi Israel membuat ekonomi di Palestina makin terhimpit.