Find Us On Social Media :

Bergabung dengan Koalisi Zionis Israel, Partai Palestina Ini Disebut Lelucon Buruk oleh Warga Palestina, 'Jangan Berpikir Bisa Jadi Raja Israel'

By Maymunah Nasution, Minggu, 6 Juni 2021 | 10:08 WIB

Naftali Bennett, sosok calon PM Israel yang malah akan berkoalisi dengan golongan sayap kiri dan golongan tengah, bagaimana dampaknya terhadap Palestina?

Intisari-online.com - Koalisi pemerintah Israel baru yang dibuat oleh Naftali Bennett, mantan sekutu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diklaim berpandangan politik netral dan mengajak para politisi sayap kanan dan sayap kiri di Israel.

Sejak dibukanya koalisi baru tersebut, rupanya ada partai Palestina yang bergabung dengan Naftali Bennett.

Ialah partai United Arab List (UAL), partai Palestina pertama yang bergabung dengan koalisi bentukan Naftali Bennett.

Melansir Al Jazeera, Mansour Abbas, pemimpin UAL 'mengesampingkan perbedaannya dengan Bennett' untuk membentuk koalisi 8 partai dari seluruh spektrum politik yang bertujuan mengakhiri 12 tahun pemerintahan Netanyahu.

Baca Juga: Benjamin Netanyahu Terancam Dilengserkan, Rupanya Inilah 2 Calon Perdana Menteri Israel, Dianggap Lebih Berbahaya Karena Inginkan Yerussalem Sepenuhnya

Abbas yang juga bekerja sebagai pimpinan Pergerakan Islam di Israel cabang selatan, mengatakan aksinya akan membantu memperbaiki kehidupan warga Palestina di Israel.

Warga Palestina di Israel sendiri ada 20% dari kira-kira 9 juta warganya.

Tindakannya ini langsung mendapat kritikan dari warga Palestina.

Kesepakatan koalisi tersebut datang setelah pemilu pada 23 Maret yang partai Likud pimpinan Netanyahu menjadi partai terbesar di parlemen Israel, Knesset, tapi jatuh bebas setelah gagal memenangkan 61 kursi yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.

Baca Juga: ‘Tidak Ada Bedanya, Mereka Semua Jahat!’ Palestina Berikan Pendapat Soal Calon Perdana Menteri Israel yang Akan Gantikan Benjamin Netanyahu