'Saya Sudah Bunuh Banyak Orang Arab, Cara Hadapi Palestina Memang dengan Memukulinya', Inilah Naftali Bennet Calon PM Israel yang Bisa Bikin Rakyat Palestina Makin Menderita

Mentari DP

Penulis

Naftali Bennett calon Perdana Menteri Israel dan siap menggeser Benjamin Netanyahu yang sudah menjabat 12 tahun lamanya.

Intisari-Online.com - NamaNaftali Bennett mendadak viral di seluruh dunia.

Hal ini karena dia menjadi calon terkuat Perdana Menteri Israel menggantikanBenjamin Netanyahu.

Lalu siapa sebenarnyaNaftali Bennett?

Baca Juga: Diklaim Sebagai Salah Satu Orang Terkuat di Israel,PosisiBenjamin Netanyahu Mulai Terancam, 'Tanpa Saya, IsraelAkan Berada Dalam Bahaya'

Dilansir daritimesofisrael.compada Kamis (3/6/2021), berusia 49 tahun,Naftali Bennett dikenal memiliki sikap yangreligius dan nasionalis.

Dan dia juga dikenalkarena pandangannya yang anti-Palestina.

Uniknya, dia mulai memasuki dunia politik Israel sebagai anak buahBenjamin Netanyahu.

Bennett memasuki politik pada 2005 sebagai wakil Benjamin Netanyahu.

Kini, dia digadang-gadang akan menggeser posisi mantan atasannya yang sudah menjabat sebagai Perdana Menteri Israel selama 12 tahun lamanya.

Baca Juga: Dituduh Sering Membantu Musuh-musuh Israel hingga Pasok Senjata ke Hamas,Ternyata Korea Utara dan Israel Terlibat Perang Rahasia,Bukti-bukti Ini Jadi Alasannya

Apalagi rekorBennett tak kalah 'kejam' dibandingNetanyahu.

“Saya telah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya dan tidak ada masalah dengan itu,” kata Bennet, mantan komando Israel mengutip dariaa.com.tr.

Politisi Israel itu juga seorang jutawan berkat perusahaan teknologi yang ia bangun dari nol.

Oleh karenanya, dia selalu menarik pemilih sayap kanan di Israel selama karir politiknya.

Dia telah memegang banyak posisi di bidang politik, termasuk peran menteri di kementerian ekonomi dan pendidikan.

Orangtua Bennett lahir di Amerika Serikat (AS) dan retorika agresifnya terhadap Palestina selalu menjadi berita utama selama karir politiknya.

Dia terpilih sebagai ketua partai Rumah Yahudi pada 2012.

Pada 2013, ia menyampaikan pernyataan kontroversial di mana ia mengatakan "teroris Palestina" harus dibunuh alih-alih dibebaskan.

Dia juga mengklaim bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan dan tidak ada yang namanya negara Palestina.

Dia mengganti nama Rumah Yahudi menjadi Yamina pada 2018 dan mengambil bagian dalam koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu.

Baca Juga: Percuma Saja Ada Gencatan Senjata, Israel dan Hamas Dijamin Tidak Akan Pernah Berdamai, Malahan Amerika dan Iran Akan Ikut Campur

Soal konflik Israel-Palestina,Bennett berpendapat bahwa Israel harus mencaplok bagian dari wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat.

Apalagi setelah Israel bertempur melawan kelompok militanPalestina Hamas sebelum sepakat melakukangencatan senjata.

Akibatnya dari serangan Israel yangmenargetkan Jalur Gaza pada Mei 2021 itu, sekitar 254 warga Palestina tewas.

Setelah gencatan senjata,baik Bennett dan Netanyahu yang berada di oposisi utama (pemimpin partai Yesh Atid Yair Lapid) setuju untuk membentuk sebuah koalisi.

Menurut kesepakatan antara dua politisi, pemimpin Yamina diwakili oleh tujuh anggota parlemen di parlemen, akan mengambil alih jabatan perdana menteri untuk dua tahun pertama.

Sedangkan Lapid kemudian akan mengambil alih peran ini.

Baca Juga: Kemarin Sepakat Gencatan Senjata, Mendadak Hamas Lanjutkan Produksi Roket Besar-besaran, Mau Serang Israel Lagi?

Artikel Terkait