Intisari-online.com -Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah menjabat menjadi perdana menteri Israel dalam waktu yang sangat lama.
Ia sudah menjabat lebih dari 20 tahun sejak tahun 1999.
Ia juga dianggap menjadi pemimpin keji yang tega membunuh ribuan warga Palestina yang tidak bersalah.
Banyak pertanyaan dan pendapat bermunculan yaitu menghentikan Israel salah satunya adalah dengan menghentikan Benjamin Netanyahu.
Artinya, setelah ia tidak menjabat menjadi perdana menteri lagi, kebijakan Israel dianggap banyak orang bisa berubah.
Netanyahu juga tersandung kasus korupsi yang membuatnya semakin diharapkan untuk lengser.
Lantas jika Netanyahu lengser apakah aksi Israel akan berhenti?
Dan siapakah yang akan menjadi perdana menteri Israel selanjutnya?
Melansir Reuters, sosok-sosok yang digadang menggantikan Netanyahu ada dua orang.
Pertama adalah Naftali Bennett dan kedua adalah Yair Lapid.
Naftali Bennett adalah milioner sukses yang merupakan anak dari imigran Amerika berusia 49 tahun.
Ia dulunya adalah seorang komandan, dan memberi nama anak tertuanya seperti nama saudara Netanyahu, Yoni, yang dibunuh dalam aksi gerilya Israel untuk membebaskan penumpang yang dibajak di bandara Entebbe di Uganda tahun 1976.
Bennett adalah pemimpin partai sayap kanan yang selama ini dikenal sebagai pendukung Netanyahu.
Namun hari Minggu kemarin ia memutuskan tidak mendukung Netanyahu lagi dan mulai berpaling kepada Yair Lapid.
Yair Lapid adalah pemimpin oposisi pemerintahan Israel yang berupaya mengakhiri koalisi sayap kanan, golongan tengah dan golongan kiri.
Lapid, kepala dari golongan tengah partai Yesh Atid yang menempati posisi kedua setelah partai milik Netanyahu, Likud, dalam pemungutan suara 23 Maret lalu menghadapi tenggat waktu untuk Rabu besok untuk mengumumkan pemerintahan baru.
Baca Juga: Terlalu Banyak Sesumbar, Rencana Netanyahu untuk Israel dan Palestina Disebut Telah Gagal Total
Lapid selama ini menang karena Bennett.
Di bawah pembagian kekuasaan yang prospektif, Bennett akan menggantikan Netanyahu, kepala partai Likud, sebagai perdana menteri lallu memberikan Lapid rotasi kesepakatan.
"Aku mengumumkan hari ini bahwa aku berniat bekerja dengan seluruh tekadku membangun pemerintahan yang bersatu dengan pemimpin partai Yesh Atid, Yair Lapid," ujar Bennett.
Merespon pengumuman tersebut, Netanyahu menuduhnya melakukan "penipuan abad ini", mengutip janji publik terakhir Bennett adalah tidak bergabung dengan Lapid.
Netanyahu juga berkata pemerintahan sayap kanan masih mungkin terwujud.
Langkah Bennett terhadap pencaplokan Palestina malah ternyata sama saja dengan langkah Netanyahu.
Ia bermimpi mencaplok hampir seluruh wilayah Tepi Barat.
Bennett bahkan mengatakan pembentukan negara Palestina akan menjadi bunuh diri bagi Israel, dengan mengutip alasan keamanan.
Bennett adalah mantan pemimpin Yesha, pergerakan pencaplokan utama di Tepi Barat.
Ia membuat aneksasi wilayah yang diamankan Israel lewat perang 1967 sebagai latar belakang penting politiknya.
Namun sebagai kepala pemerintahan "perubahan" yang akan melibatkan partai sayap kiri dan golongan tengah sembari berharap dengan dukungan di parlemen dari anggota legislatif Arab, mengikuti kebijakan aneksasi akan sulit dilakukan.
Bennett mengatakan jika baik kelompok kanan maupun kiri harus berkompromi dalam masalah ideologi.
Tahun lalu saat pemerintah Netanyahu berupaya mencaplok Tepi Barat dan menduduki bangunan-bangunan di bulan-bulan terakhir pemerintahan Trump, Bennett mengatakan "momentum pembangunan di negeri ini tidak bisa dihentikan bahkan walaupun sedetik saja."
Rencana aneksasi gagal ketika Israel menormalkan hubungan dengan Uni Emirat Arab.
Pakar melihat kesempatan rencana itu dilanjutkan di bawah Joe Biden cukup kecil.
Meski begitu, warga Palestina kemungkinan melihat dipilihnya Bennett sebagai angin harapan adanya pembicaraan perdamaian dan menjadikan mereka negara merdeka, sebuah formula diplomasi jangka panjang yang pasti akan dibantu Biden.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini