Penulis
Intisari-online.com -Amerika Serikat (AS) telah menyediakan Israel dengan bantuan dan penutupan diplomasi yang mereka perlukan untuk mengalahkan Hamas di Gaza.
AS terus buta dan membantu Israel meskipun mereka mengancam nyawa lebih dari dua juta warga Palestina, dan meski yang dilakukan Israel termasuk kejahatan perang.
Administrasi Biden telah menutupi kebobrokan Israel di PBB dan berbohong tentang itu.
Penyangkalan mereka karena telah menghalangi pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB menyerukan gencatan senjata membuat AS tampak bodoh, tidak jujur, dan justru lemah.
Washington menjadi satu-satunya anggota DK yang menolak konsensus gencatan senjata, tidak hanya sekali atau dua kali tapi tiga kali dalam beberapa hari terakhir.
Juru bicara Gedung Putih bersikeras jika AS mengejar pendekatan "efektif" untuk diplomasi intensif dan sunyi, tapi ternyata Presiden Joe Biden malah hanya memberi waktu bagi Israel untuk "tuntaskan urusannya".
Marwan Bishara menulis di Al Jazeera mengatakan, Biden mengatakan kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu jika ia mungkin tidak mampu menahan tekanan lokal dan internasional lebih lama lagi, dengan jumlah kematian dan kerusakan yang tidak bisa membuat dunia menutup mata kepada Gaza.
Ketika Biden akhirnya meminta Netanyahu untuk hentikan perang, PM Israel tentu saja menolaknya, bersikeras meluangkan waktunya untuk mewujudkan tujuannya dalam perang, apapun yang terjadi.
Dari tiga serangan di Gaza sebelumnya Israel telah menyimpulkan mereka tidak lagi menerima "ikatan strategis" dengan Hamas; bahwa kemenangan militer harus cepat, nyata dan dikumandangkan; bahwa Palestina dan musuh regional harus belajar mereka tidak dapat meraih secara paksa apa yang tidak bisa mereka raih melalui diplomasi; dan bahwa Israel akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk menang, tak peduli berapa lama atau bagaimana dunia merengek akan hal itu.
Dengan dasar itulah Israel membuat contoh di Gaza, secara sadis menghancurkan administrasinya, ibukota dan infrastruktur ekonominya, termasuk listrik, air dan sistem limbah.
Israel benar-benar membuat Palestina dan Gaza layaknya ketinggalan zaman beberapa tahun atau puluhan tahun.
Netanyahu membuat Gaza menderita dalam langkah sinis untuk memuaskan balas dendam berdasarkan ultra-nasionalis dan melanjutkan mempertahankan posisinya di politik Isael.
Jika ia tidak menjabat menjadi PM lagi, ia akan mendekam di penjara, seperti pendahulunya Ehud Olmert, atas salah satu dari tiga kasus yang kini ia hadapi di pengadilan: penipuan, pelanggaran kepercayaan dan penerimaan suap.
Netanyahu kemarin kesulitan karena hanya tinggal menghitung hari sebelum sekutu fasisnya mengamuk di Yerusalem Timur meneror penduduknya.
Ia gagal membentuk pemerintahan koalisi dan akhirnya dipaksa untuk diadili setelah penundaan berulang kali.
Namun setelah ketegangan terjadi, musuhnya gagal membentuk pemerintahan dan saat ketegangan memburuk kesempatannya berada di kursi PM meningkat drastis dengan partai sayap kanan lebih kecil seperti Yamina masuk ke koalisinya.
Baca Juga: Padahal Brutal, Ini Alasan Amerika Masih Mati-matian Dukung Israel Hancurkan Palestina
Apakah ini ada hubungannya dengan kepentingan nasional AS? Jawabannya tidak.
Memang menghancurkan Gaza dan memunculkan kebencian bagi Israel terhadap dunia sangat merusak kredibilitas AS.
Lebih-lebih ketika administrasi Biden mengklaim menempatkan hak asasi sebagai pusat kebijakan politiknya, sementara mitra manja mereka menggunakan keuntungan simpati dan dukungan AS untuk melakukan kejahatan perang.
Bahkan Hamas pun bukan kepentingan terpenting bagi AS, tidak ketika Hamas mengguncang wilayah dan semua alternatifnya adalah negosiasi kependudukan yang dapat mencapai kedamaian bagi Israel dan keamanan bagi Palestina, berdasarkan kebebasan dan keadilan.
Tidak seperti kelompok Islami yang mengancam keamanan AS dan Barat, Hamas adalah gerakan pembebasan nasional dengan dasar agama, dan seperti ribuan gerakan kebebasan, mereka menggunakan kekuatan untuk meraih tujuannya.
Hamas telah terus-terusan membatasi lingkup aktivitas dan tujuan mereka membebaskan Palestina dari kolonialisme Israel, dan negosiasi mereka percayakan kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Dan jika AS bisa membawakan kedamaian di Afghanistan meskipun Taliban lebih radikal dan kurang berkompromi daripada Hamas, mengapa mereka tidak bisa melakukannya di Palestina?
Jawaban Netanyahu adalah: "Amerika adalah benda yang bisa Anda gerakkan dengan sangat mudah, gerakkan ke arah yang tepat."
Baca Juga: Serangan Israel pada sekutunya, Kapal USS Liberty dalam Perang 'Enam Hari' Arab-Israel
Itu adalah ucapannya di tahun 2001 ketika memastikan penduduk Israel jika Israel dapat menghancurkan Otoritas Palestina dan melanjutkan dengan pencaplokan bangunan di Palestina tanpa melihat posisi AS.
Saat ini kemenangan Partai Demokrat di Senat sangatlah tipis, sehingga Biden tidak mampu meloloskan agenda legislatif ambisiusnya tentang menghukum Israel, tidak ketika para anggota Republik dengan buta mengikuti Netanyahu.
Pandangan Netanyahu juga cerminkan penghinaan umum orang Israel untuk AS, yang mereka anggap orang yang mudah ditipu, menurut laporan dalam publikasi Yahudi AS, The Forward.
AS telah berikan hampir 150 miliar Dolar selama bertahun-tahun dalam bantuan langsung saja.
Imbalannya mereka dihina dengan penghinaan, karena aslinya Israel berpikir AS yang gelontorkan uang dan senjata untuk Israel, adalah orang lemah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini