Intisari-online.com -Ada peringatan mengerikan minggu ini dari Malaysia, terutama di Sarawak di pulau Kalimantan.
Kepala deputi kementerian mengatakan sistem kesehatan di distrik Kapit yang ada di pegunungan sedang ditekan ke titik orang-orang akan sekarat di koridor rumah sakit mereka.
"Mirip dengan yang kita lihat di India".
Kapit adalah wilayah yang cukup jauh dari mana-mana, sampai sebuah jalan dari kota Sibu 110 kilometer jauhnya selesai dibangun akhir tahun 2020 lalu.
Satu-satunya jalan bisa mencapai tempat itu adalah dengan mengendarai perahu mesin lewat Sungai Rejang.
Melansir Sydney Morning Herald, ledakan terburuk Covid-19 di Malaysia telah meluas dan semakin liar, bahkan melebihi apa yang terjadi di India dua minggu terakhir dengan kasus per juta orang sebelum negara tersebut dipaksa masuk lockdown selama 2 minggu.
Di Serawak, dokter melaporkan kurangnya jumlah tes dan pengiriman vaksin yang sangat lambat menjadi kekhawatiran utama, sama halnya dengan kesehatan mental petugas medis yang bekerja setiap saat.
Mereka juga memperkirakan gelombang ledakan kasus baru dalam dua minggu ke depan sebagai hasil festival Gawai Selasa lalu, yang diadakan oleh warga Dayak merayakan panen beras.
Nasib Malaysia telah menjadi gejala ledakan virus yang telah mengacaukan Asia Tenggara sejak akhir Maret, membuat negara-negara semakin kewalahan menangani pandemi Covid-19 setelah sebelumnya sudah berhasil menahannya.
Sudah ada rekor tambahan kasus harian 10 hari terakhir di Malaysia, Vietnam dan Timor Leste, dan sejak awal Mei di Thailand dan Kamboja.
Singapura telah melaksanakan penguncian sebagian setelah mengalami lonjakan juga.
Penemuan Vietnam minggu ini mengenai variasi hibrida dari galur yang pertama dicatat di Inggris dan India sangat mengkhawatirkan dan memicu otoritas untuk mulai mengetes semua penduduk kota Ho Chi Minh, total 9 juta warga.
Kemudian ada juga ketakutan infeksi lebih tinggi daripada yang dilaporkan di Indonesia, serta tingkat tes yang menurun di Myanmar setelah kudeta dan peningkatan kasus yang mengerikan di Filipina, di luar kota Manila.
Jumlah kasus harian di Kudus, Jawa Tengah meroket dari 26 menjadi 929 seminggu setelah hari raya Idul Fitri.
"Situasi ini sangatlah mengkhawatirkan," ujar juru bicara Satgas Covid-19 Indonesia Profesor Wiku Adisasmito pada Jumat malam.
Ia mengatakan juga 189 pekerja medis di Kudus juga terpapar virus.
Keadaan kini berbalik, sebagian besar negara Asia Tenggara bisa menangani Covid-19 di tahun pertama sementara AS, Inggris dan Eropa kewalahan, tapi kini Asia Tenggara jatuh di tahun kedua Covid-19.
"Kami masih berada di fase akut pandemi," ujar Dr Poonam Khetrapal Singh, direktur wilayah Asia Tenggara WHO.
Kekurangan vaksin di tempat inilah yang menyebabkan ledakan kasus menambah, kecuali di Singapura dan Kamboja.
Namun berapa lama Indonesia dan negara-negara tetangga harus mengalaminya?
"Kurasa tingkat sakit yang dialami Asia Tenggara akan menjadi fungsi dari apa yang terjadi di Amerika Utara dan Eropa atau di negara produsen vaksin," ujar Jeremy Lim, mitra profesor di Universitas Nasional Singapura Saw Swee Hock School of Public Health.
"Sangat jelas, seperti WHO katakan, bahwa vaksin tidak akan masuk ke negara yang paling membutuhkan dan ada kesenjangan negara miskin dan kaya.
"Namun rasanya sia-sia jika semua negara di Asia Tenggara selain Brunei telah mengalami lockdown. Kita tahu bagaimana melakukan lockdown, memang mengerikan tapi kita tahu bagaimana melakukannya."
Di Malaysia di mana virus telah mencapai skala terbesar wilayah tersebut bulan lalu, dengan catatan 126 kematian dalam sehari dan total kasus meningkat lompati 600 ribu, ledakan tidak tunjukkan tanda mereda dalam lima hari sampai akhirnya lockdown diterapkan di seluruh wilayah.
"Aku tidak bisa membayangkan mengubah ini dalam 2 minggu," ujar Profesor Adeeba Kamarulzaman, pakar terkemuka penyakit menular Malaysia yang praktik di Universitas of Malaya Medical Centre di Kuala Lumpur.
"Seharusnya menjadi periode 2 kali inkubasi, yang akan memakan waktu 4 minggu, sayangnya. Namun kurasa kita seharusnya membicarakan mengenai gambaran seperti lima kasus baru per rata-rata populasi 100 ribu orang dalam 7 hari daripada mencatat kasus harian."
Adeeba, yang juga merupakan anggota dewan ilmuwan WHO dan di gugus tugas Covid-19 Selangor, telah kritis terhadap latihan disinfektan seluruh negara pemerintah Malaysia.
Menurutnya uang yang dihabiskan untuk hal tersebut bagusnya diarahkan ke tempat lain.
Namun meskipun pemerintah salah langkah, ia juga tahu hanya ada satu cara keluar dari krisis ini.
"Aku yakin suplai vaksin kami akan meningkat Juli," ujarnya.
"Kita hidup dengan harapan ada cahaya di ujung terowongan. Sampai saat itu, kita akan menderita melewati catatan angka-angka ini."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini