Intisari-online.com -Gambar-gambar ini menimbulkan emosi yang kuat dalam opini publik Malaysia, sebagian mencerminkan meningkatnya jumlah infeksi dan kematian Covid-19 di negara Asia Tenggara ini.
"Kita tenggelam. Saya tidak tahu bagaimana cara keluar, "tulis seorang netizen Malaysia di Twitter.
Meskipun Malaysia mengumumkan keadaan darurat pada bulan Januari, negara tersebut belum dapat mengendalikan epidemi.
Dalam video tersebut, pasien Abdul Malik Daim, 43, meninggal di ranjang rumah sakit di pusat isolasi, setelah 3 hari menjalani perawatan sejak dinyatakan positif Covid-19.
Abdul Malik awalnya dianggap sebagai orang yang berisiko rendah karena tidak menunjukkan gejala yang jelas selain batuk sesekali.
Tetapi kondisi pasien memburuk dengan sangat cepat sehingga dokter tidak dapat menyelamatkannya tepat waktu.
Malaysia adalah negara yang dilanda krisis Covid-19 terparah di Asia Tenggara.
Jumlah infeksi di Malaysia lebih rendah daripada Indonesia dan Filipina, tetapi angka 16.000 infeksi per juta orang adalah yang tertinggi di kawasan ini, menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).
Baca Juga: Demi Hadiri Pemakaman Kuda, Ratusan Warga India Desak-desakan Saat Negaranya Krisis Covid-19
Malaysia pada 25 Mei mencatat 7.289 infeksi Covid-19 baru dalam 24 jam terakhir, rekor tertinggi melebihi jumlah infeksi yang tercatat dua hari lalu.
Ini juga pertama kalinya jumlah infeksi Covid-19 baru di Malaysia melampaui 7.000.
Jumlah kematian di Malaysia pada 25 Mei adalah 60, sehingga jumlah kematian akibat Covid-19 menjadi 2.369.
Ini adalah hari kedua Malaysia mengalami jumlah kematian yang sangat tinggi dalam 24 jam, satu kurang dari catatan 61 kasus pada 24 Mei.
Selama seminggu terakhir, Malaysia telah mencatat lebih dari 6.000 infeksi Covid-19 baru setiap hari, dalam konteks negara tersebut berjuang untuk mengendalikan gelombang ketiga infeksi.
Pihak berwenang Malaysia telah dikritik karena tidak menerapkan langkah-langkah pencegahan epidemi yang lebih ketat, serta tidak memiliki sanksi yang lebih kuat terhadap mereka yang melanggar perintah blokade.
Gelombang infeksi ketiga di Malaysia membuat sistem kesehatan negara itu berisiko lumpuh.
Jumlah tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 selalu sangat tinggi.
Pakar medis mengatakan kematian Abdul Malik adalah tanda bahwa sistem kesehatan Malaysia kewalahan dan membutuhkan tindakan yang lebih kuat untuk menghindari kelumpuhan total.
Akhir pekan lalu, pihak berwenang Malaysia memperketat langkah-langkah pencegahan epidemi tetapi tidak mempertimbangkan blokade karena industri masih perlu beroperasi.
“Banyak orang khawatir bahwa penguncian akan merugikan ekonomi,” kata Adeeba Kamarulzaman, pakar penyakit menular di Universitas Malaya di Malaysia.
"Tapi situasinya bisa menjadi lebih buruk untuk waktu yang lama, jika kita hanya menerapkan setengah dari tindakan pencegahan epidemi."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini