Intisari-Online.com – Akankah Timor Leste jadi negara termiskin di dunia setelah merdeka dari Indonesia, ditambah lagi bencana banjir dan pandemi Covid-19 dialami di negara ini?
Masyarakat Timor Leste meyakini bahwa pulau kecil tempat mereka tinggal akan tumbuh menjadi negara maju.
Ya, keyakinan itu membara 19 tahun lalu, saat resmi merdeka dan berpisah dari Indonesia.
Apakah fakta demikian yang terjadi di Timor Leste?
Baca Juga: Nasib Timor Leste Sekarang Setelah 21 Tahun Pilih Lepas dari Indonesia
Nyatanya, fakta tidak sesuai dengan ekspektasi.
Kini, mereka menjadi negara termiskin di dunia.
Berdasarkan laporan yang dirilis United Nations Development Programme atau UNDP, Selasa 7 Juli 2020, hal itu menjadi penegasan.
Bahwa saat ini Timor Leste berada di posisi sepuluh terbawah dalam daftar negara termiskin di dunia.
Secara lebih rinci, Timor Leste berada di peringkat 152 dari 162 negara yang terdaftar.
Fakta ini merupakan dampak dari pendapatan per kapita Timor Leste yang sangat rendah.
Padahal, pada akhir tahun 2020i, angkanya diperkirakan hanya US$ 2.356 atau sekitar Rp34,23 juta.
Sementara, Indonesia baru tahun 2019 lalu sudah menyentuh Rp. 60 juta.
Menurut Bank Dunia, sejak 20 Mei 2002 atau pasca-referendum, pertumbuhan investasi di Timor Leste masih stagnan.
Hal ini terkait dengan stabilitas politik dan ekonomi yang masih bergejolak di dalam negeri.
Selain itu, konsumsi rumah tangga mereka terus meningkat.
Ekonom Senior Bank Dunia untuk Timor Leste, Pedro Martins mengatakan, tahun ini pertumbuhan ekonomi mereka mencapai 4,1 persen.
Dan bisa melonjak menjadi 4,9 persen pada 2021. Meski sangat kecil, namun ia mengaku bersyukur.
“Timor Leste menyambut baik pertumbuhan ekonomi. Namun reformasi masih menjadi kunci untuk mengejar potensi investasi dari sektor swasta.
Sesuai dengan target pemerintah yang menetapkan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen dan menciptakan setidaknya 600.000 lapangan kerja baru per tahun,” kata Pedro.
Sementara menurut data Laporan Ekonomi Timor Leste yang dirilis Bank Dunia, perekonomian negara yang dipimpin Francisco Guterres kemungkinan akan semakin sulit tahun ini.
Sebab, selain kondisi politik yang kurang kondusif, pandemi Covid-19 juga memperlambat perdagangan ekspor dan impor.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah daerah mengucurkan dana sekitar Rp 3,65 triliun dari Dana Perminyakan. 60 persen bahkan dialihkan untuk menangani virus Covid-19.
Meski kalah secara ekonomi dari Indonesia, namun dalam urusan penanganan corona, negara yang terletak di utara pulau Australia ini jauh lebih baik, melansir nusadaily.
Menurut worldometers, saat ini tidak ada penambahan kasus baru atau masih di angka 24.
Menariknya lagi, semuanya sudah pulih.
Itu berarti, sudah tidak ada lagi warga di sana yang terjangkit virus Covid-19. Semoga.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari