Intisari-online.com - Belakangan lonjakan kasus Covid-19 di negeri jiran menjadi perhatian.
Pasalnya Malaysia menghadapi kasus Covid-19 sama buruknya dengan kondisi India saat ini.
Lonjakan kasus yang tinggi, membuat Malaysia menjadi negara dengan kasus Covid-19 terburuk di Asia Tenggara untuk sementara ini.
Hal itu dihitung berdasarkan angka terjadinya lonjakan dalam beberapa hari terakhir.
Menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (29/5/21), Malaysia mencatatkan 8.290 infeksi baru pada 28 Mei.
Ini menandai hari keempat selama berturut-turut negeri jiran memiliki rekor jumlah infeksi Covid-19 dalam 24 jam.
Jumlah total infeksi di Malaysia pada 28 Mei mencapai 549.000.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Malaysia juga meningkat pada Mei.
Dari 1 Mei hingga 28 Mei, negara Asia Tenggara ini memiliki lebih dari 1.000 kematian akibat Covid-19, menurut Malay Mail.
Ini adalah angka yang "berbicara" ketika sepanjang tahun 2020, Malaysia hanya memiliki 471 kematian akibat penyakit tersebut.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pada 28 Mei mengumumkan penerapan perintah blokade nasional selama 14 hari.
Dimulai dari 1 Juni hingga 14 Juni di tengah lonjakan jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19.
Muhyiddin menyampaikan bahwa blokade secara nasional berlaku untuk semua sektor sosial dan ekonomi.
Hanya layanan penting yang diperbolehkan.
"Jumlah infeksi di masa lalu menunjukkan tren peningkatan yang kuat," kata Muhyidin.
"Kapasitas rumah sakit di seluruh negeri untuk merawat pasien Covid-19 semakin terbatas," Perdana Menteri Malaysia mengumumkan.
Pemerintah Malaysia akan mempertimbangkan sejumlah paket bantuan untuk perusahaan dan mereka yang terkena dampak penguncian nasional, tambah Muhyiddin.
Penyebaran Covid-19 di Malaysia dalam beberapa pekan terakhir lebih parah, sebagian karena varian virus SARS-CoV-2 yang lebih menular.
Rumah sakit di seluruh negeri kewalahan.
Relawan Malaysia, yang membantu menguburkan mayat pasien Covid-19, mengatakan bahwa mereka juga semakin tegang.
Muhammad Rafieudin Zainal Rasid, ketua tim relawan nasional, mengatakan relawan menangani jenazah hampir 30 kali lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Tim relawan telah berkembang menjadi lebih dari 2.000 anggota, tetapi Bapak Muhammad Rafieudin mengatakan mereka masih belum bisa melakukan semua pekerjaan.