Itu terjadi di tahun 1996, ketika seharusnya Sahri hanya mengambil popok di asrama untuk anak keduanya yang tengah dirawat di rumah sakit DKT, tapi ia malah berujung tidak pulang selama berbulan-bulan.
Padahal, seharusnya jarak antara asrama dan rumah sakit yang ditempuhnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
Titik yang menantikan kedatangan sang suami dibuat heran ketika mendapat telepon dari Sahri yang mengabarkan ia tengah berada di Irian Jaya atau Papua.
Bagaimana Sahri sampai di Papua dan tak sampai mengantarkan popok untuk anaknya di rumah sakit? Begini kisahnya.
Baca Juga: 74 Tahun yang Lalu, TNI Diresmikan Presiden Soekarno pada 3 Juni 1947
Saat itu, untuk mengambil popok, Sahri pergi ke asrama Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 501 Madiun.
Ketika Sahri tiba di asrama, tiba-tiba srine di Batalyon Infanteri Linud 501 Madiun berbunyi.
Mendengar suara sirine, tanpa pikir panjang, Sahri langsung bergegas mengambil ransel, melipat payung terjun, dan memanggul senjata. Ia langsung bergabung dalam apel.
Usai apel selesai, ternyata Sahri langsung terbang ke Irian Jaya bersama
Ternyata, selesai mengikuti apel, Sahri langsung diberangkatkan ke Irian Jaya bersama 10 Batalyon Linud Infanteri 501.
Dikisahkan Sahri bahwa selama tiga bulan di Irian Jaya, suasana saat itu begitu kacau.
Ia bertugas menjaga objek-objek vital seperti rumah sakit.
Sampai di Irian Jaya secara mendadak, Sahri pun bergegas menelpon sang istri untuk memberikan kabar.
Ia mengungkapkan bagaimana respon istrinya ketika mendapatkan telepon itu.
Source | : | Tribun Jatim |
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR