Intisari-online.com -Perang Gaza 2021 yang terjadi sejak awal Mei tahun ini hampir tidak dapat dihentikan.
Jika tidak ada gencatan senjata, maka Gaza akan terus dibombardir Israel dengan roket dan bom-bom canggihnya.
Gencatan senjata Hamas-Israel mengakhiri 11 hari perang Gaza.
Tampaknya penengah dan mediator gencatan senjata tersebut memiliki niat baik untuk memperbaiki hubungan antara Israel dengan Palestina.
Namun ternyata ada udang di balik batu untuk aksi mulia tersebut.
Mediator gencatan senjata Hamas-Israel, Mesir, rupanya memiliki tujuan sendiri menjadi pengusul gencatan senjata tersebut.
Tujuannya tidak jauh-jauh dari uang dan juga membuat AS tidak dapat berbuat banyak dengan apa yang terjadi di negara mereka.
Melansir Al Jazeera, Presiden AS Joe Biden menghadapi pengawasan baru atas hubungan AS dengan Mesir setelah gencatan senjata di Jalur Gaza.
Baca Juga: Meski Israel-Palestina Genjatan Senjata, Penjualan Senjata AS ke Israel Tetap Jalan Terus
Mesir, mediator gencatan senjata, memang bertujuan mengubah kebijakan AS terhadap negara mereka.
Biden berjanji menegakkan keadilan terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Presiden Abdel Fattah e-Sisi, tapi mungkin kini Biden memerlukan cara yang baru.
Washington bulan ini jelas-jelas bergantung berat kepada mediator Mesir, yang berhasil mendamaikan sementara Tel Aviv dan Gaza untuk mencapai dan mempertahankan gencatan senjata antara Israel dan Hamas penguasa Gaza.
Dalam melakukannya, administrasi Biden telah dikonfrontasi dengan pertanyaan mengenai janji mereka untuk mengambil pendekatan "HAM" ke Mesir.
Mesir sudah lama bertugas sebagai penghubung Israel-Palestina sebagai sedikit negara yang berhubungan baik dengan Israel dan Hamas.
Biden sebelumnya mengatakan tidak akan ada "cek kosong" bagi el-Sisi, tapi beberapa advokat telah mengatakan Biden telah gagal melaksanakan komitmen tersebut.
"Sekali lagi, kita lihat tidak ada yang berubah," ujar Sarah Leah Whitson, eksekutif direktur Democracy for the Arab World Now (DAWN), lembaga penelitian Washington DC.
"Antony Blinken tidak bertemu dengan satupun perwakilan sipil selama ia mengunjungi Kairo," ujarnya mengenai kunjungan Menlu AS ke ibukota Mesir minggu lalu dalam mendukung gencatan sejata.
Baca Juga: Berakhir Tanpa Kesepakatan, Konflik Israel-Palestina Kali Ini Justru Dianggap Berbeda karena Hal Ini
"Ia mengatakan tidak ada lagi tentang HAM lebih daripada mantan menlu Pompeo dan administrasi Trump sebelum dia menjabat."
Posisi menguntungkan
Bulan ini Biden dan el-Sisi telah berbicara lewat telepon, pertama kalinya sejak Biden menjabat Januari lalu, dan presiden AS "berterima kasih kepada Mesir untuk diplomasi suksesnya," menurut salinan dari Gedung Putih.
"Presiden Biden menggarisbawahi pentingnya dialog konstruktif atas HAM di Mesir."
Kunjungan Blinken Rabu lalu ke Mesir juga dikatakan Biden mengenai "hubungan strategis" AS dengan Mesir.
Ia mengatakan kepada reporter ia memilliki "diskusi panjang dan bertukar pandangan tentang HAM" dengan pemimpin Mesir, yang menjadi pemimpin tahun 2013 melalui kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.
El-Sisi terpilih lagi tahun 2018, menahan penantang-penantangnya dan membuat kandidat penggantinya turun karena intimidasi darinya.
Seth Binder, pejabat advokasi di Proyek Demokrasi Timur Tengah (POMED) mengatakan pernyataan administrasi Biden "salah membaca" situasi dan mengirim pesan yang salah ke Kairo.
"Mesir melakukan ini untuk kepentingan mereka sendiri," ujarnya kepada Al Jazeera.
"Kita tidak perlu membungkuk atau menyelamati mereka guna melakukan kepentingan pribadi mereka.
"Kita masih bisa bekerja dengan mereka atas gencatan senjata, di waktu yang sama menekan mereka dan lanjut memusatkan pada HAM dalam hubungan dengan Mesir."
Keuntungan Mesir
Bagi el-Sisi, waktu mediasi Gaza telah menjadi "manna dari surga", ujar Michele Dunne, direktur dan anggota program Carnegie Endowment for International Peace's Middle East.
Mediasi ini meningkatkan peran pemimpin Mesir saat administrasi Biden mengalihkan energi kebijakan luar negeri mereka ke bagian lain di Timur Tengah dan dunia, dan memperbolehkan el-Sisi "mendemonstrasikan kegunaannya," papar Dunne.
Peneliti wanita itu mencatat presiden Mesir kali ini menerima keuntungan politik bertugas sebagai mediator dengan Hamas, dibandingkan ketika perang Gaza 2014, yang mana ia memperlakukan Hamas sebagai cabang teroris dan mendukung agresi israel.
"Aku yakin Sisi berharap kegunaannya menghadapi Hamas dan membantu bantuan kemanusiaan di Gaza akan membawanya lolos dalam isu HAM dan isu-isu serupa di hubungan Mesir dengan AS," ujar Dunne.
Hubungan terbaru AS dengan el-Sisi tidak hanya posisi jelas pemerintahan Biden tapi juga dengan para pembuat hukum AS yang telah mengkritik bantuan militer AS ke Mesir, yaitu sebesar 1.3 miliar Dolar setiap tahunnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini