Meski Israel-Palestina Genjatan Senjata, Penjualan Senjata AS ke Israel Tetap Jalan Terus

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Brigade Al-Qassam dari Hamas Palestina

Intisari-Online.com - Pejabat Israel dan Hamas diketahui sudah mengumumkan gencatan senjata.

Mereka telah menyepakati gencatan senjata dilakukan di wilayah Gaza setelah 10 hari pertempuran.

Gencatan senjata diumumkan pada Kamis malam setelah pertemuan kabinet keamanan Israel di tengah meningkatnya seruan dari internasional untuk de-eskalasi di Gaza.

Pertempuran meletus pada 10 Mei setelah Israel dan Hamas saling meluncurkan ke Gaza maupun Israel.

Baca Juga: Perdamaiannya dengan Israel Nyaris Nodai Kesucian Masjid Al-Aqsa, Negara Ini Kini Malah Cari Muka Ingin Fasilitasi Perdamaian Israel-Palestina, Mungkinkah?

Meski begitu menteri Luar Negeri AS menegaskan, mereka akan tetap memproses penjualan senjata ke Israel.

Antony Blinken mengonfirmasi keputusan penjualan 732 juta dollar AS (Rp 10,5 triliun), meski mendapat penolakan dari sejumlah politisi.

Selain itu, pernyataan Blinken tersebut terjadi setelah Tel Aviv dan faksi penguasa Gaza, Hamas, sepakat gencatan senjata.

Kepada program ABC News This Week, Blinken menekankan alasan mengapa AS tetap meneruskan menjual senjata ke Israel.

Baca Juga: Diperebutkan Israel dan Palestina, Siapa Sangka Masjid Al-Aqsa Nyatanya Kini Dikendalikan oleh Negara Arab Ini Melalui Dewan Wakaf Yerusalem, Termasuk Pendanaannya

Dilansir New York Post Minggu (23/5/2021), Blinken berujar Presiden Joe Biden sudah berkomitmen memberi bantuan kepada Tel Aviv untuk melindungi diri.

"Terutama saat mereka menghadapi serangan diskriminasi ke warga sipil. Setiap negara pasti akan membalas jika diserang seperti itu," kata dia.

Blinken menuturkan, penjualan senjata presisi sudah didiskusikan dengan Kongres AS untuk memastikan transparansi.

Pada Kamis (20/5/2021), Senator Bernie Sanders mengusulkan resolusi untuk menblokir persenjataan ke Tel Aviv.

Baca Juga: Selama Pemerintahan Gus Dur Hubungan Israel-Indonesia Pernah Mencapai Titik Hangatnya

Sanders yang adalah ketua komisi anggaran Senat AS mengatakan, Washington tak bisa begitu saja menjual senjata ke Israel.

"Apalagi ketika pesawat pengebom buatan AS menghancurkan Gaza, membunuh anak-anak dan perempuan," tegas Sanders.

Sanders mengatakan, mereka harus memastikan apakah senjata yang dijual membantu perdamaian atau malah memperkeruh konflik.

Sejak pertempuran dimulai pada 10 Mei, pejabat kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 230 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak dan 39 wanita, telah tewas dan lebih dari 1.900 terluka dalam pemboman udara.

Baca Juga: Konten Dukungan untuk Palestina Kerap Diblokir Media Sosial, Ini Cara Orang Palestina dan Arab Mengakalinya

Israel mengatakan telah menewaskan sedikitnya 160 pejuang di Gaza.

Pihak berwenang menyebutkan jumlah korban tewas di Israel mencapaii 12, dengan ratusan orang dirawat karena cedera dalam serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat orang bergegas ke tempat penampungan.

Israel mengatakan sekitar 4.000 roket telah diluncurkan dari Gaza, beberapa gagal dan lainnya ditembak jatuh oleh pertahanan udara milik Israel, Iron Dome.

Warga sipil di kedua sisi kelelahan karena ketakutan dan kesedihan, kata Komite Palang Merah Internasional.

"Orang-orang di Gaza dan Israel sangat membutuhkan jeda dari pertikaian tanpa henti ini," kata Fabrizio Carboni, direktur regional untuk Timur Tengah.

Baca Juga: 'Aku akan Lindungi Sampai Mati', Inilah Hatice Huveys, Wanita Penjaga Masjid Al-Aqsa yang Air Matanya Tak Terbendung Kala Polisi Israel Lakukan Ini pada Jilbabnya

(*)

Artikel Terkait