Intisari-Online.com - Setelah11 hari saling menyerang satu sama lain, Israel dan Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, setuju untuk gencatan senjata.
Gencatan senjata itu sendirimengakhiri kekerasan dan kehancuran di dua negara.
Di mana setidaknya 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas dalam pemboman Israel.
Di pihak Israel, 12 orang, termasuk dua anak, juga tewas.
Dilaporkankekerasan itu dipicu oleh penggusuran Israel atas komunitas Muslim yang tinggal di timur Yerusalem.
Namun terlepas dari gencatan senjata, aktivis hak asasi manusia Philip Baldwin memperingatkan perdamaian jangka panjang di wilayah tersebut tidak mungkin dilakukan.
"Siklus kebencian terus berlanjut," kataBaldwin seperti dilansir dari Express.co.uk pada Selasa (25/5/2021).
"Saya tidak berpikir bahwa perdamaian jangka panjang mungkin terjadi di wilayah tersebut."
Baca Juga: Tembok Ratapan Jadi Tempat Tersuci Orang Yahudi, Hampir 20 Polisi dan Tentara Israel Menjaganya
Baldwin menjelaskan tentu dia berharap bahwagenerasi muda Israel dan Palestina mau berdamai dan menghilangkan sikap gengsi yang dimiliki orang tua dan kakek neneknya.
Namun untuk sekarang dan beberapa tahun ke depan, itu sulit.
Tapi jika itu tidak terjadi?
Maka mungkin para generasi mudaIsrael dan Palestina juga akan mengalami apa yang kini telah terjadi diIsrael-Palestina.
Konflik Israel-Palestina,Baldwin menegaskan telahmenyebabkan rasa sakit yang hebat, kesedihan dan lebih banyak kemarahan.
Inilah yang membuat perdamaiandalam jangka panjang mungkin mustahil.
"Pengeboman meninggalkan bekas luka yang bersifat fisik dan emosional," terangBaldwin.
Baldwin melanjutkan dengan mengatakan bagaimana Israel memiliki hak untuk membela diri.
Akan tetapi Palestina juga terus hidup dalam ketakutan terus-menerus.
"Meskipun Israel memang memiliki hak untuk membela diri, saya setuju bahwa Israel menanggapi dengan cara yang tidak proporsional terhadap permusuhan Palestina."
"Warga Palestina hidup dalam ketakutan terus-menerus."
"Mereka tidak memiliki akses ke perawatan medis yang memadai, rumah mereka bisa dihancurkan kapan saja, dan memiliki potensi terbatas untuk mendapatkan pekerjaan."
"Tidak ada manusia yangmau hidup seperti itu terus-menerus."
"Perlu dicatat bahwa Israel adalah negara demokrasi liberal multikultural yang berfungsi penuh di wilayah yang didominasi oleh kediktatoran dan otokrasi."
"Israel menjunjung tinggi Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan di dalam wilayahnya, wanita memiliki kesempatan yang sama."
"Akan tetapi pandangan duniaterhadap kelompok militan Hamas juga sangat berbeda."
Diketahui, gencatan senjata telah disambut baik oleh negara-negara di seluruh dunia.
Termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dominic Raab, Menteri Luar Negeri Inggris
Antonio Guterres, sekretaris jenderal PBB, mengatakan: “Saya menekankan bahwa para pemimpin Israel dan Palestina memiliki tanggung jawab di luar pemulihan ketenangan untuk memulai dialog serius guna mengatasi akar penyebab konflik."
"Gaza adalah bagian integral dari negara Palestina di masa depan dan tidak ada upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan rekonsiliasi nasional yang nyata yang mengakhiri perpecahan."
Raab menambahkan:"Semua pihak harus bekerja untuk membuat gencatan senjata tahan lama dan mengakhiri siklus kekerasan yang tidak dapat diterima dan hilangnya nyawa warga sipil."
"Inggris terus mendukung upaya untuk mewujudkan perdamaian.”