Intisari-Online.com - Hamas terlibat konflik panas dengan Israel.
Kelompok militan Palestina itu bahkan menembakkan lebih dari 4.000 roket ke wilayah Israel.
Itu merupakan pembalasan Hamas kepada Israel yang menyerang Jalur Gaza dengan serangan udara.
Baca Juga: Tembok Ratapan Jadi Tempat Tersuci Orang Yahudi, Hampir 20 Polisi dan Tentara Israel Menjaganya
Walau keduanya kini telah melakukan gencatan senjata, namun sedikit yang tahu bahwa Hamas sempat mengirim surat kepadaPresiden Joko Widodo (Jokowi).
Apa isinya?
Dilansir dari kompas.com pada Senin (24/5/2021),Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan mengirim surat kepada Presiden Jokowi padaRabu (19/5/2021).
MenurutAnadolu Agency, Pemimpin Hamas itu meminta Presiden Jokowi untukmemobilisasi dukungan terhadap Palestina.
Tak hanya Palestina,Haniyeh juga meminta dukungan Arab, Islam dan, internasional guna menekan Israel untuk menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza.
Bahkan Presiden Jokowi diminta menekan Israel agar berhentimelakukan pelanggaran di Yerusalem yang diduduki.
Beberapa pelanggaran yang dimaksudHaniyeh antara lainmendirikan permukiman ilegal, penggusuran paksa di lingkungan Sheikh Jarrah, dan diskriminasi rasial.
Di akhir suratnya,Haniyeh tak lupa mendoakan Presiden Jokowi dan Indonesia agar lebih baik di kemudian hari.
Surat yang datang dariPemimpin Hamas ke Presiden Jokowi itu langsung menuai banyak perhatian.
Ada yang beranggapan bahwa memang kekuatan Presiden Jokowi begitu besar bagi negara-negara asing.
Khususnya negara dengan mayoritas Islam seperti Indonesia.
Ada juga anggapan bahwa Presiden Jokowi harus berhati-hati menilai surat itu.
Hal itu disampaikan olehGuru Besar Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Prof Hikmahanto Juwana.
Ini karena surat tersebut mempunya dua latar belakang faksi. YaituHamas dan Fatah.
Diketahui, Hamas dominan dan menguasai Gaza. Sementara Fatah dominan dan menguasai Tepi Barat (West Bank).
"Ini dua lokasi yang berbeda dan dipisahkan oleh wilayah yang dikuasai oleh Israel," kata Hikmahanto saat dihubungi DW Indonesia, Kamis (20/5/2021).
Kepada kompas.com,insiden yang terjadi di Yerusalem Timur merupakan daerah yang dikuasai oleh faksi Fatah.
Sedangkan faksi Hamas menguasai wilayah jalur Gaza yang sempat dihujani roket oleh Israel.
Hikmahanto berpendapat surat itu bisa bermakna agar Indonesia mengambil sikap mendukung salah satu faksi.
Antara Fatah atau Hamas.
Karena itulah, Hikmahanto mewanti-wanti agar Indonesia bijak menanggapi surat tersebut.
"Di sini Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam sedang ditarik-tarik untuk berada di belakang salah satu faksi yang ada di Palestina," ungkapnya.
"Artinya jangan sampai Indonesia ikut dalam perpolitikan dalam negeri Palestina.
Yang jelas, Indonesia pasti akan mendukung rakyat Palestina.
Bukannyamendukung salah satu faksi perpolitikan dalam sistem ketatanegaraan Palestina.