Penulis
Intisari-Online.com - Israel dan Hamas sama-sama mengklaim kemenangan pada hari Jumat.
Ini setelah kedua pasukan mengakhiri pertempuran selama 11 hari.
Kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Walau begitu, tetap adaketegangan di Yerusalem Timur yang diduduki.
Dilansir darialjazeera.com pada Senin (24/5/2021), di mana polisi Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan menembakkan gas air mata ke arah warga Palestina setelah salat Jumat.
Gencatan senjata yang ditengahi Mesir mulai berlaku pada dini hari Jumat setelah 11 hari pemboman Israel tanpa henti di Jalur Gaza dan ketika ribuan roket diluncurkan ke Israel oleh Hamas.
Ribuan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki turun ke jalan untuk merayakan gencatan senjata, mengibarkan bendera dan mengibarkan tanda "V" untuk kemenangan.
Akan tetapi,pejabat kemanusiaan memperingatkan bahwa kerusakan di Gaza akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali.
Setelah bekerja di belakang layar selama berhari-hari untuk mencapai gencatan senjata, Gedung Putih mengatakan Washington telah menerima jaminan dari pihak terkait bahwa mereka berkomitmen untuk gencatan senjata.
Ketika warga Palestina dan Israel mulai menilai skala kerusakan, seorang warga Gaza mengatakan lingkungannya tampak seolah-olah terkena tsunami.
“Bagaimana dunia bisa menyebut dirinya beradab?” Abu Ali bertanya, berdiri di samping puing-puing blok menara setinggi 14 lantai.
Pejabat Palestina menempatkan biaya rekonstruksi puluhan juta dolar, sementara para ekonom mengatakan pertempuran itu dapat mengekang pemulihan ekonomi Israel dari pandemi Covid-19.
Dilansir dari reuters.com pada Senin (24/5/2021), lima mayat kembali ditemukan dari puing-puing bangunan di Jalur Gaza yang hancur.
Dengan ini, maka korban tewas menjadi 248 oranh, termasuk 66 anak-anak, dengan lebih dari 1.900 luka-luka.
Militer Israel mengatakan seorang tentara Israel telah tewas serta 12 warga sipil, termasuk dua anak.
Sementara itu ratusan orang masih dirawat karena cedera setelah tembakan roket menyebabkan kepanikan dan mengirim orang-orang sejauh Tel Aviv ke tempat penampungan.
Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia Margaret Harris mengatakan fasilitas kesehatan Gaza juga terancam kewalahan oleh ribuan cedera.
Dia menyerukan akses segera ke Jalur Gaza untuk persediaan dan personel kesehatan.
“Tantangan sebenarnya adalah perbaikan,” katanya dalam pengarahan virtual PBB.
Gaza telah bertahun-tahun menjadi sasaran blokade Israel yang membatasi perjalanan orang dan barang, serta pembatasan oleh Mesir.
Alasannya karena Israel takut bahwa ada banyak senjata yang akanmencapai Hamas, kelompok Islam yang mengendalikan Gaza dan memimpin serangan roket.
Padahal menurut warga Palestina, pembatasan itu sama halnya dengan hukuman terhadap 2 juta penduduk Gaza.
Fabrizio Carboni, direktur regional Komite Internasional Palang Merah, menggemakan seruan WHO untuk mengirim pasokan medis yang banyak dan cepat.
Hanya saja itu tidak sebentar.
"Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali dan bahkan lebih untuk membangun kembali kehidupan yang retak," kataFabrizio Carboni.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa bantuan akan dikirim dengan cepat ke Gaza.
Tetapi AS akan berkoordinasi dengan Otoritas Palestina, saingan Hamas yang didukung Barat di Tepi Barat yang diduduki.
Alasannya AS tidak mau sampai Hamas kembali mengisi kembali persenjataan militernya.