Penulis
Intisari-online.com -Rencana serbuan oleh Israel datang setelah penduduk Palestina mengeluhkan mengenai larangan Israel di wilayah Yerusalem Timur, Sheikh Jarrah.
Dilansir dari Al Araby, sekelompok ekstrimis Yahudi dilaporkan menyerukan penerbuan Masjid Al-Aqsa secara besar-besaran Minggu.
Seruan ini menjadi seruan terbaru untuk kekerasan melawan warga Palestina, mengikuti serangan Israel di Jalur Gaza.
"Pada Minggu pagi pukul 7, kami akan tahu apakah kami telah kalah perang," ujar Assaf Farid, juru bicara Federation of Temple Organizations.
Selama pengeboman Israel terbaru di Gaza, Farid pergi ke kota Lod dan menunjukkan foto dirinya memegang senjata otomatis, menyatakan "kita harus melakukan sesuatu" untuk memicu kekerasan lebih jauh, catat Dr. Abdallah Marouf, Asisten Profesor Sejarah Islam di Universitas Istanbul.
Pemukim Yahudi Israel telah sering mengklaim 'hak' mereka atas Masjid Al-Aqsa, yang mereka sebut sebagai Temple Mount.
Yahudi mengatakan Al-Aqsa, situs tersuci ketiga milik umat Muslim, dulunya adalah situs dua kuil Yahudi di era alkitab.
Pemukim merencanakan menyerang masjid Al-Aqsa dan sekitarnya 9 Mei untuk menandai perayaan kependudukan Israel di Yerusalem Timur.
Kejadian tersebut terjadi pada 1967 setelah mereka memenangkan perang melawan Mesir, Yordania dan Suriah.
Seruan ini datang di tengah keluhan tentan Israel yang siaga hendak mengklaim wilayah pemukiman Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.
Pemukim yang didukung pemerintah merencanakan memaksa mengusir penduduk Palestina.
Aktivis dan penduduk Sheikh Jarrah Alaa Salima mengatakan kepada Arabi 21 jika pasukan Israel menjarah Sheikh Jarrah tanpa alasan.
Ia menekankan jika yang terjadi adalah "hukuman kolektif melawan hukum internasional".
Ia mengatakan kepada portal berita berbahasa Arab tersebut jika pasukan Israel melindungi para pemukim di sana.
Ia juga menambahkan Israel mengubah Sheikh Jarrah menjadi zona militer tertutup.
Pasukan Israel masih terus-terusan berhenti dan mencari warga lokal sebagai bukti identitas mereka, sementara warga Palestina sering dicegah mengunjungi kerabat yang tinggal di tempat tersebut, tambah Salima.
Ia menyerukan berlanjutnya "solidaritas dengan tetangga dan mengangkat status ilegal Sheikh Jarrah, yang merupakan hukuman kolektif untuk warga sipil di masa perang dan secara hukum tidak bisa diterima."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini