Intisari-Online.com - Masjid Al-Aqsa melalui sejarah yang panjang dari awal berdiri hingga kini, menjadi saksi dari masa ke masa penguasa Yerusalem.
Masjid Al-Aqsa didirikan olehNabi Ibrahim AS, yang kemudian juga dikenal sebagai Bait Alah atau Beteyel di Yerusalem.
Nabi Ibrahim sebelumnya juga membangun Ka'bah di Makkah bersama putra sulungnya, Ismail AS.
Kais al-Kalby dalam 'History of al-Aqsa Mosque' menulis, "Nabi Ibrahim menyebut Beteyel sebagai 'al-Aqsa' yang secara harfiah berarti 'tempat terjauh'. Maksudnya, lokasi Beteyel jauh dari Ka'bah di Makkah."
Selanjutnya, Nabi Yaqub AS (cucu Nabi Ibrahim) menjadikan Beteyel sebagai tempat ibadah bagi semua orang beriman di Palestina.
Beberapa tahun kemudian, Nabi Yusuf (putra Yaqub) mencapai posisi kekuasaan yang tinggi di Mesir, dia membawa semua keluarganya untuk tinggal bersamanya di Mesir jauh dari kemiskinan Palestina, seperti melansir Just Islam.
Karena sudah tidak ada lagi dari keluarganya yang tersisa di sana, Yaqub mempercayakan perawatan Masjid Al-Aqsa kepada penduduk asli daerah itu, orang Palestina.
Orang Palestina menerimanya karena mereka juga pengikut Nabi Ibrahim.
Sementara itu, Bani Israel tetap berada di Mesir selama empat ratus tahun sebagai budak bangsa Mesir.
Di masa Nabi Musa, Bani Israel masih menjadi budak orang Mesir.
Nabi Musa pun membebaskan Israel dari perbudakan dan mengajak mereka ke Palestina.
Namun, Bani Israel menolaknya dan lebih memilih untuk tinggal di gurun Sinai selama 40 tahun.
Mereka percaya tanah yang dituju Nabi Musamilik orang Palestina, penduduk asli daerah itu.
Sebuah generasi baru lahir, dan dari situlah muncul Nabi Daud, dia akan memimpin generasi ini ke Palestina.
Nabi Daud mendirikan kerajaannya di sebagian Palestina, dan menguasai Yerusalem.
Putranya, Nabi Sulaiman membangun kembali Masjid Al-Aqsa dengan bantuan penduduk asli, dan di sebelahnya ia membangun istana penguasa.
Setelah kematian Nabi Sulaiman, kedua putranya membagi kerajaannya di antara mereka sendiri.
Setiap putra mendirikan kerajaannya sendiri dan masing-masing memiliki ibu kotanya sendiri.
Pada 586 SM, Raja Yoyakhin dari Yerusalem, melihat bahwa dia mungkin kehilangan kerajaannya.
Dia adalah raja Yahudi terakhir yang mencoba melawan orang Babilonia di Yerusalem.
Dalam perjuangannya, kerajaannya dikepung oleh bangsa Babilonia.
Ketika penduduk Yerusalem kehabisan makanan dan air, raja membuat terowongan untuk memungkinkan tentaranya melarikan diri dan mengambil perbekalan dari dunia luar.
Sebagian terowongan runtuh, perlawanan yang dipimpin oleh Raja Yoyakhin dikalahkan, dan Babilonia mengambil alih Yerusalem.
Terowongan yang digunakan oleh Raja Yoyakhin, adalah terowongan yang sama yang digali saat ini di Yerusalem.
Setelah orang Babilonia menaklukkan Yerusalem, mereka membawa penduduknya sebagai budak ke Babilonia.
Raja Babilonia Nebukadnezar menghancurkan apa yang dibangun Raja Sulaiman di Yerusalem.
Setelah tujuh puluh tahun perbudakan di Babilonia, Raja Cyrus dari Persia memberikan kebebasan kepada Bani Israel.
Pada saat itu sangat sedikit orang Israel yang kembali ke Palestina.
Beberapa orang Israel ini hanya beribadah di Rumah Allah.
Secara turun-temurun, orang Israel merawat Beteyel atau Masjid Al-Aqsa.
Selama periode ketika Kekaisaran Romawi terus-menerus berperang dengan Kekaisaran Persia, orang Israel membantu Persia, dan diuntungkan ketika Persia menguasai Yerusalem.
Karena orang Israel mendukung Kekaisaran Persia sebagai mata-mata dan dengan cara lain, orang Romawi memperlakukan mereka sebagai musuh Kekaisaran Romawi.
Baca Juga: Mengapa Kebangkitan Nasional Sangat Penting bagi Indonesia?
Pada tahun 70 M, bangsa Romawi menghancurkan (membakar) Masjid Al-Aqsa, dan mengubahnya menjadi tempat pemujaan berhala Romawi.
Pada 315 M, ketika Kaisar Romawi Konstantin masuk Kristen, orang Romawi tidak memperhatikan Beteyel.
Masjid Al-Aqsa menjadi tempat pembuangan sampah bagi para penduduk Yerusalem, termasuk orang-orang Yahudi.
Orang Yahudi tidak lagi menganggap Beteyel sebagai Kuil Suci.
Kekaisaran Persia mengalahkan Romawi pada tahun 614 M, orang-orang Yahudi sekarang dapat beribadah di tempat yang mereka inginkan, tetapi memilih untuk tidak beribadah di Beteyel atau Masjid Al-Aqsa.
Persia menguasai Yerusalem sampai 624 M.
Orang-orang Yahudi, yang berada dalam posisi kekuasaan selama periode ini, menyiksa orang-orang Kristen Arab.
Yerusalem membutuhkan penguasa yang adil.
Baik orang Kristen dan Yahudi telah menderita di bawah kerajaan yang berbeda, dan berharap seorang penguasa dapat menyelamatkan mereka.
Satu-satunya Nabi dalam sejarah yang telah menyelesaikan tugas ini, adalah Nabi Muhammad SAW, yang kemudian terjadilah peristiwa Isra Miraj.
Untuk alasan ini, Masjid Al-Aqsa adalah tempat ibadah suci bagi umat Islam.
Pada 637 M, pemimpin Kristen Yerusalem, Snaifors, menyadari bahwa Khalifah kedua umat Islam, Umar ibn Al-Khatab, cocok dengan gambaran orang yang akan membebaskan Yerusalem.
Setelah Khalifah Umar membebaskan Yerusalem, Masjid Al-Aqsa kembali dibangun sebagai tempat ibadah suci.
Baik orang Kristen dan Yahudi senang dengan kedatangan Umar dan Muslim.
Pada abad ke-11, orang Kristen Eropa dalam perang salib, menyiksa orang Yahudi dan Muslim.
Mereka membakar orang-orang Yahudi di Kuil mereka dan mereka membakar orang-orang Muslim di Masjid Al-Aqsa.
Umat Kristen Eropa bahkan menyiksa orang Kristen Arab dan menghancurkan gereja mereka.
Orang-orang Yahudi melarikan diri ke Indulis (Spanyol), untuk menerima perlindungan di bawah Kekhalifahan Islam.
Pada 1189 M, pemimpin tentara Muslim, Salah Aldeen Al-Ayobi mengusir orang Kristen Eropa dari Yerusalem, dan mengembalikan Yerusalem ke pemerintahan Islam.
Orang Kristen, Yahudi, dan Muslim hidup dalam harmoni di bawah pemerintahan Islam.
Pada tahun 1948, dengan bantuan kekuatan barat, orang-orang Yahudi dapat memenuhi janji menteri luar negeri Inggris, Bill Ford.
Janji ini dibuat pada tahun 1917 tentang kembalinya orang Yahudi ke tanah suci, Palestina.
Begitu orang Yahudi kembali menguasai Yerusalem, mereka mengusir dan menyiksa penduduk asli Palestina dari tanah mereka, dan daerah itu kembali ke keadaan kerusuhan.