Penulis
Intisari-online.com -Perebutan wilayah dan pertempuran antara Israel dengan militan Palestina yaitu Hamas masih terus berlangsung.
Kedua belah pihak memiliki strategi unggulan yang bisa melemahkan pihak lawan.
Jika Israel memiliki Iron Dome, sistem pertahanan terhadap rudal-rudal Hamas, maka Hamas menguasai bawah tanah Jalur Gaza untuk sebarkan rasa takut bagi pasukan Israel.
Tahun 2014 lalu mengutip DW, tentara Israel melanjutkan perlawanan mereka di darat.
Saat pertempuran berdarah-darah di Jalur Gaza mengorbankan lebih banyak lagi warga sipil, Hamas akhirnya beradaptasi dengan strategi Israel.
Hamas tetap dengan semangat menggelora mendemonstrasikan tujuan mereka yang tidak patah untuk berperang dengan roket yang senantiasa dikirim untuk menyerang Israel.
Ada juga strategi penculikan yang dilakukan oleh Hamas sebagai poin tawar menawar dalam negosiasi kedua belah pihak.
Brigadir Qassam, sayap bersenjata Hamas saat itu mengatakan mereka menculik tentara Israel pada Minggu 20 Juli 2014.
Juru bicara militer Israel mengatakan ia tidak akan mengiyakan atau menyangkal klaim tersebut.
Namun Israel mengatakan sudah ada beberapa upaya penculikan tentara Israel di wilayah Palestina.
Salah satunya adalah Gilad Shalit, yang ditahan lima tahun sendiri oleh Hamas.
Ketegangan tahun 2014 itu juga dimulai dengan penculikan.
Tiga murid yeshiva Israel berusia 16-19 tahun ditangkap pada 13 Juni 2014 di Tepi Barat.
Beberapa hari kemduain, seluruh negara bersimpati dengan keluarga tiga remaja tersebut.
Psikolog Israel Irwin Mansdorf mengatakan proses identifikasi yang mencolok terjadi.
"Semua warga merasa dekat dengan konflik penculikan tiga anak yang kemudian dibunuh dan berpikir anak mereka sendiri dapat berada di posisi yang sama," ujar Mansdorf.
Setelah tiga remaja itu ditemukan terbunuh, ribuan warga menghadiri pemakaman mereka.
Sementara itu, militer Israel mulai lakukan penyergapan besar-besaran untuk menangkap pendukung Hamas.
Diperkirakan untuk membalas dendam itu, sekelompok warga Israel membunuh remaja Palestina berusia 16 tahun.
Kemudian lebih banyak lagi roket ditembakkan ke kota-kota Israel, yang menuntun respon Israel dengan serangan udara dan serangan darat.
Baca Juga: 3 Hal Ini Bisa Picu Israel Lakukan Perang Nuklir dan Membawa Bumi Menuju Kiamat
Saat itu lebih dari 500 warga Palestina telah meninggal dunia, dan sejumlah kematian dari warga Israel ada 30 orang.
Apapun untuk mencegah penculikan
Publik Israel bereaksi berbeda dengan penculikan itu daripada prajurit yang tewas.
"Dalam banyak hal, ketidaktahuan, kerentanan saat ditangkap penangkap anonim jauh lebih buruk daripada harus menguburkan tentara," ujar jurnalis Israel Anshel Pfeffer setelah pembunuhan tiga remaja itu.
Baca Juga: 5 Negara Pemasok Senjata Utama ke Israel dengan Nilai Miliaran Dolar
Ia menulis di The Guardian jika tentara Israel telah diperintah menembaki kendaraan penculik saat warga Israel ditangkap.
Idenya adalah mencegah penculikan dengan cara apapun, termasuk mengorbankan para tentara Israel.
Tahun 2006, tentara Israel tidak mampu mencegah penangkapan Gilat Shalit.
Pasukan Palestina berhasil masuk ke dalam tanah Israel lewat terowongan bawah tanah, mengejutkan penjaga di posnya.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Pelindung Israel dari Hamas, Sebenarnya Bagaimana Cara Kerja Iron Dome?
Dua tentara terbunuh dalam serangan itu dan publik Israel geger.
Hamas tahu betul dampak dari menangkap warga Israel.
Membunuh tentara Israel mungkin mencetak keunggulan bagi kemampuan bertarung Hamas.
Namun Mansdorf mengatakan aksi itu berdampak kecil.
"Hal yang sedih bagi keluarganya, hal yang mengerikan, Israel berduka. Anda mengubur tentara yang meninggal dan kemudian berakhir," ujarnya.
"Namun tentara yang masih hidup, seperti yang kita lihat dalam episode Shalit, memiliki nilai besar."
1000 warga Palestina dilepaskan untuk Shalit
Bertahun-tahun lamanya pemerintah Israel berusaha membebaskan Shalit atau menegosiasikan agar ia dilepas.
Baca Juga: Pilot Israel Batalkan Serangan karena Melihat Anak-anak Kecil di Gaza saat Memburu Hamas
Akhirnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setuju dengan pertukaran.
Untuk mengembalikan Shalit yang berusia 25 tahun, Israel mau melepaskan lebih dari seribu tahanan Palestina di tahun 2011.
Beberapa dari mereka telah terbukti membunuh tentara Israel.
Rasio satu untuk seribu membuat warga Israel mengkritik pemerintahnya, tapi rasa panik yang dirasakan publik dengan Shalit memberi dampak yang menekan politikus Israel.
Baca Juga: Coreng Wajah Israel Karena Berhasil Bikin Iron Dome Jebol, Ini Bedanya Rudal dan Roket
Mansdorf mengatakan Hamas sengaja menggunakan penculikan untuk perang psikologi guna membuat Israel ketakutan.
"Kami tahu jika salah satu tujuan Hamas adalah menculik tentara Israel atau warga Israel," ujarnya.
Pandangan ini didukung dengan apa yang telah terlihat di upaya Hamas masuk ke Israel.
Mansdorf mengatakan borgol dan obat dapat mengalahkan korban.
Terowongan bawah tanah 'Metro' yang dibangun sendiri dengan tangan para militan Hamas tidak hanya mengamankan suplai dari Mesir.
Hamas membangunnya juga untuk mendorong masuk agar bisa masuki wilayah Israel seperti yang mereka lakukan tahun 2006.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini