Intisari-Online.com - Akibat serangan Israel, jumlah penduduk Jalur Gaza, Palestina yang tewas mencapai 228 orang.
Setelah pertempuran berhari-hari itu, Israel dan Hamas akhirnya sepakat untuk melakukan genjatan untuk mengakhiri kekerasan terbaru di kawasan tersebut.
Dilansir Reuters, pengumuman tersebut disampaikan Hamas dan televisi pemerintah Mesir pada Kamis (20/5/2021).
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan kabinet keamanannya dengan suara bulat mendukung genjatan senjata dengan kelompok milisi di Gaza.
Genjatan senjata tersebut disepakati dengan suara bulat tanpa syarat yang diusulkan Mesir.
Namun, Israel tidak merinci kapan genjatan senjata mulai berlaku.
Sedangkan Hamas dan Mesir mengatakan genjatan senjata berlaku mulai Jumat (21/5/2021) pukul 02.00 waktu setempat.
Hamas mengatakan bahwa genjatan senjata tersebut akan menjadi hal yang saling menguntungkan.
Taher Al-Nono, penasihat media untuk kepala Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan, "Perlawanan dari Palestina akan memenuhi perjanjian ini selama penjajah (Israel) melakukan hal yang sama."
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi telah memerintahkan dua delegasi masing-masing dari Israel dan Gaza untuk bekerja demi menegakkan gencatan senjata.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, juru bicara sayap bersenjata Hamas Abu Ubaida mengatakan bahwa pihaknya dapat mempermalukan musuh.
"Dengan pertolongan Tuhan, kami dapat mempermalukan musuh, entitasnya yang rapuh, dan tentaranya yang buas," ujar Abu Ubaida.
Dia mengancam akan menembakkan roket Hamas yang akan mencapai seluruh Israel jika Israel melanggar gencatan senjata atau menghantam Gaza sebelum jam pelaksanaan.
Namun, beberapa menit setelah hamas dan televisi pemerintah Mesir mengumumkan gencatan, dan gencatan senjata belum berlaku, kedua belah pihak masih saling melakukan serangan.
Sirene peringatan meraung karena adanya roket yang masuk di wilayah perbatasan Israel, sedangkan seorang reporter Reuters mendengar serangan udara di Gaza.