Intisari-online.com - Bentrokan antara Palestina dan Israel tampaknya belum menemui titik terang.
Seruan perdamian yang digaungkan oleh banyak negara di dunia tampaknya belum membuahkan hasil.
Aksi saling balas serangan antar Militer Israel (IDF) dan pasukan pembebasan Palestina Hamasa masih terus berlanjut.
Meski demikian, dalam kabar terbaru yang ditulis oleh 24h.com.vn, pada Kamis (20/5/21), Hamas yang mengontrol Gaza disebut bersedia melakukan genjatan senjata.
Hamas disebut siap bernegosiasi dengan militer Israel, dengan dua syarat menurut pejabat senior Hamas.
"Kami menginformasikan semua pihak, bahwa kami menerima genjatan senjata dengan dua syarat," kata pejabat Hamas pada ABC News.
Salah satu syarat yang disebutkannya adalah terkait Masjidil Aqsa yang kini menjadi rebutan antara Israel dan Palestina.
Dikatakan bahwa, militer Israel harus berhenti menyusup ke masjid Al Aqsa.
"Salah satu syaratnya adalah militer Israel harus berhenti menyusup ke masjid Al Aqsa, dan menghormati daerah tersebut," katanya.
"Kedua Israel harus berhenti mengusir warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarah di Yerussalem," katanya lagi.
"Kedua syarat ini sejalan dengan hukum internasional dan tidak hanya Hamas yang mengharapkannya," tambahnya.
Namun, Israel tampaknya tidak tertarik dengan proposal gencatan senjata dari Hamas, kata seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya kepada ABC News.
"Kami mengatakan untuk segera berhenti berarti memberi Hamas kemenangan yang diinginkannya," kata seorang pejabat Israel.
"Hamas harus gagal," tambahnya.
Pernyataan Israel dan Hamas itu muncul di tengah pertempuran yang berkecamuk selama 10 hari berturut-turut.
Hamas, kelompok bersenjata Jihad dan kelompok jihadis lainnya telah meluncurkan lebih dari 3.700 roket ke arah Israel.
Sementara itu, Israel menanggapi dengan mengirimkan 1.450 roket dan bom ke Jalur Gaza sejak 10 Mei.
Hal itu menghancurkan lebih dari 1.000 rumah dan memaksa evakuasi 40.000 warga Palestina.
Sejak pertempuran meletus, setidaknya 219 warga Palestina telah tewas di Jalur Gaza dan 1.530 lainnya terluka.
Pihak Israel mencatat 12 kematian, termasuk seorang tentara dan bayi berusia 6 tahun. 324 orang Israel terluka, menurut statistik resmi.
Berbicara pada pertemuan duta besar asing, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan terus menyerang Hamas.
"Hanya ada dua cara untuk menghadapi Hamas, yaitu menjinakkan atau menghalangi mereka, itu yang kami lakukan. Tapi saya tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun," kata Netanyahu.
Rusia dan Amerika Serikat adalah dua negara yang secara aktif berupaya untuk mempromosikan gencatan senjata dan mengurangi ketegangan antara Israel dan Hamas.