Kelly Kwalik, Pemimpin KKB Papua yang Dikecoh Prabowo Sendiri untuk Hentikan Aksi Penyanderaan 130 Hari Ini

Maymunah Nasution

Penulis

Kelly Kwalik, pemimpin KKB Papua anak suku Amungme yang bertekad balaskan dendam suku atas dibangunnya tambang Freeport McMoRan
Kelly Kwalik, pemimpin KKB Papua anak suku Amungme yang bertekad balaskan dendam suku atas dibangunnya tambang Freeport McMoRan

Intisari-online.com -Nama Kelly Kwalik kini hanyalah bagaikan legenda di Papua dan di antara warga Papua sendiri.

Namun saat ia berjaya, pamornya naik terus sebagai pemimpin KKB Papua.

Sebagai pemimpin KKB Papua, Kelly Kwalik pernah menjadi sorotan.

Pasukan KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik pernah menghadapi dua pasukan elite TNI paling kuat, Kopassus dan Kostrad.

Baca Juga: Bukan Tanpa Sebab Ternyata Ada 4 Alasan Mengapa Papua Selalu Bergejolak, Referendum tahun 1960 Menjadi Salah Satu Alasannya

Kelly, yang lahir di Mimika tahun 1955 dan meninggal 16 Desember 2009 lalu, adalah pemimpin KKB Papua senior dan juga komandan sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Ia begitu lihai, sampai-sampai bertahun-tahun ia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) di kepolisian.

Polri menuduh Kelly Kwalik bertanggung jawab atas penembakan perusahaan tambang Freeport McMoRan.

Tak hanya tembaki properti, pekerja-pekerja tambang itu juga ditembaki oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik.

Baca Juga: Cikal Bakal Terjadinya Konflik di Papua dan Lahirnya KKB Papua, Ada Adu Domba Belanda di Baliknya

Namun ia berulang kali membantah klaim tanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.

Melansir surya.co.id, Kelly Kwalik mendapat pamor dan dikenal di mata nasional maupun internasional setelah menyandera 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz '95.

Tim Ekspedisi Lorentz '95 adalah tim peneliti yang terdiri dari warga Indonesia maupun internasional.

Mereka ditugaskan meneliti Bumi Cendrawasih selama November 1995 sampai Januari 1996.

Baca Juga: Kisah Pasukan Kostrad Selamatkan Tim Ekspedisi Lorentz di Belantara Papua yang Masih Perawan

Tujuan mereka ditugaskan adalah memetakan alam liar Papua, dan mereka melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Lorentz, sebuah kawasan alam liar dengan luas saat itu nyaris 2.4 juta hektar di pegunungan tengah Papua.

Saat mereka hendak pulang dari Papua pada 8 Januari 1996, KKB Papua besutan Kelly Kwalik telah menangkap mereka dan membawa mereka ke hutan belantara untuk disandera.

Segera pemerintah turunkan Kopassus dan Kostrad yang dipimpin oleh Prabowo Subianto untuk membebaskan Tim Ekspedisi Lorentz 95.

Anggota Tim Ekspedisi Lorentz dari Indonesia ada Navy Panekanan (28), Matheis Y. Lasamalu (30), Jualita Tanasale (30), Adinda Arimbis Saraswati (25).

Baca Juga: Kisah Para Danjen Kopassus Terbaik (3)

Anggota tim dari Inggris ada Daniel Start (22), William "Bill" Oates (23), Annette van der Kolk (22), serta Anna McIvor (21).

Disertai pula seorang antropolog Markus Warip (36) dari Universitas Cendrawasih, serta Abraham Wanggai (36) dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kantor Wilayah Kehutanan Irian Jaya.

Serta ada juga Jacobus Wandika, putra daerah suku Nduga, antropolog lulusan Universitas Cendrawasih, yang juga murid Markus Warip.

Kelly Walik sendiri adalah putra dari suku Amungme, suku asli Papua yang diusir dari gunung dan lembah tempat mereka tinggal karena disulap menjadi Freeport, tambang emas Indonesia yang berada di Papua.

Baca Juga: Walau Para Pakar Sudah Mendesak Pemerintah Orba Agar Kurangi Penduduk Jawa di Papua, Soeharto Ngeyel Tetap Tambah Kiriman Pendatang ke Bumi Cendrawasih, Begini Kisah Suram Papua di Masa Itu

Saat penyanderaan mereka ditangkap di Mapenduma, desa di distrik Nduga, 160 kilometer dari Wamena, ibukota Jayawijaya, pusat Pegunungan Tengah Papua.

Nduga kini kian tidak asing karena menjadi titik kerusuhan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

Saat ditugaskan ke Mapenduma, Prabowo Subianto masih berstatus menantu Presiden Soeharto dan baru diangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus Desember 1995 (Danjen Kopassus).

Awalnya penyelamatan sandera mengajak Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebagai mediator.

Baca Juga: Tak Ingin Jadi Minoritas di Tanah Sendiri, Inilah Rasa Takut yang Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kelompok Militan KKB Papua, Langkah Soeharto Redamkan Pemberontakan Justru Jadi Bumerang Serangan Lain

Langkah tersebut lalu dilakukan oleh Uskup Jayapura saat itu Mgr. Ferdinand Marie Munninghoff.

Kelly memerintahkan penculikan Tim Ekspedisi Lorentz kepada Daniel Yudas Kogoya, salah satu pemimpin dalam kelompok Kwalik.

Kwalik saat itu menjabat Panglima Komando Daerah Perang III di OPM.

Kogoya masih mau melepaskan sandera sehingga separuhnya dibebaskan.

Baca Juga: Tentangkap Basah Nekat Jual Senjata ke KKB Papua Dua Anggota TNI Ini Langsung Diadili dan Menerima Hukuman Berat Ini

Namun Kwalik tidak mau membebaskan sandera, sehingga ada 13 orang yang ia sembunyikan.

Syarat dari Kwalik adalah agar mereka dibebaskan pasukan TNI-Polri harus ditarik dari Tanah Papua.

Situasi penyanderaan kurang mendukung karena dilakukan di tengah hutan, sampai ICRC baru bisa bertemu Kwalik pada Februari 1996 akhir.

Negosiasi berjalan sukses yaitu Kelly sepakat membebaskan sandera Mei 1996.

Baca Juga: Pernah Tobat Jadi Anggota KKB Papua, Mantan Anggota KKB Ini Malah Kumat 2 Kali Khianati NKRI dan Pimpin Komplotan KKB Super Kejam Ini

Gantinya adalah ia tida akan lagi dikejar pemerintah Indonesia.

ICRC juga berjanji berikan bantuan medis dan pertanian di Papua saat itu dan mengatakan momen pembebasan sandera harus diabadikan dalam film dan disebarkan ke media.

Namun Kwalik tiba-tiba berubah pikiran.

Akhirnya komando Prabowo memerintahkan 9 Mei 1996 menyerbu lokasi persembunyian Kelly Kwalik dan menyelamatkan para sandera secara paksa.

Baca Juga: Sedikit yang Tahu, Beginilah Kisah Salah Satu Pertempuran Pasukan Elit TNI Melawan Fretilin di Timor Leste yang Sampai Buat 9 Prajurit Fretilin Bergabung dengan TNI Melawan Fretilin

Salah satu langkah cerdik Prabowo adalah kelabui KKB Papua dengan terbang menggunakan helikopter ICRC yang seharusnya untuk menyuplai kebutuhan medis.

Kelly Kwalik meninggal tahun 2009 tepatnya 16 Desember 2009 di salah satu persembunyiannya di Gorong-Gorong, Timika.

Pemakamannya diadakan di Gedung Perwakilan Daerah pemerintah daerah Papua, Timika.

Keluarga dan pendukungnya mmeinta agar diizinkan mengibarkan bendera Bintang Kejora saat pemakaman, yang ditolak mentah-mentah oleh Polri dan Kepolisian Daerah Papua.

Baca Juga: Pemimpin KKBEgianus Kogoya Dijamin Langsung Tamat Jika Bertemu, Inilah PasukanRahasia yang Dibentuk Luhut dan Prabowo, Bekerja Hanya dalam Hitungan Menit!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait