Sudah Lama Dilupakan, Belakangan Asal-Usul Covid-19 Memanas Lagi, Rupanya Amerika Sodorkan Bukti yang Membuat China Panik Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Bahkan ketika banyak negara semakin dekat dalam hal mengalahkan virus ini, dengan melakukan vaksinasi massal, bukti soal asal-usul covid masih misteri.
Bahkan ketika banyak negara semakin dekat dalam hal mengalahkan virus ini, dengan melakukan vaksinasi massal, bukti soal asal-usul covid masih misteri.

Intisari-online.com - Beberapa ilmuwan menyarankan untuk memahami asal usul Covid-19 secara menyeluruh, demi menghadapi pandemi baru di masa depan.

Bahkan ketika banyak negara semakin dekat dalam hal mengalahkan virus ini, dengan melakukan vaksinasi massal.

Faktanya bukti nyata soal asal-usul pandemi ini belum diketahui hingga saat ini

Amerika masih secara aktif menyerukan penyelidikan secara independen, untuk menyelidiki virus SARS-CoV-2 ini.

Baca Juga: Dihapus, Rilis Militer Perebutan Israel atas Kota Tua Yerusalem dalam Perang Enam Hari

"Kami belum memiliki cukup informasi, dan kami membutuhkan lebih banyak data dan penyelidikan independen," kata Jan Psaki White, Sekretaris pers DPR.

Selain itu, belakangan ini bukti-bukti soal asal usul Covid-19 mulai menyeruak lagi setelah amerika memberikan bukti baru.

Mengatakan, bahwa bukti tentang virus ini berasal dari kebocoran di Lab Wuhan sudah dikantongi.

Hal inipun telah diungkapkan oleh Wall Street Journal yang mengutip laporan intelijen Amerika Serikat.

Baca Juga: Peringatan Suram WHO Jika Pandemi Covid-19 Telah Berakhir, Kemungkinan Hal Mengerikan Ini Akan Terjadi Setelah Covid-19 Sudah Selesai

Dalam laporan itu dikatakan, 3 ilmuwan di Institute Virologi Wuhan, masuk rumah sakit pada November 2019.

Hal itu terjadi sebulan sebelum pandemi Covid-19 pecah di Wuhan.

Kementerian Luar Negeri China dan Institut Virologi Wuhan telah membantah laporan intelijen AS, menyebutnya tidak akurat. China selalu menolak teori bahwa virus itu bocor dari laboratorium.

Teori bahwa virus SARS-CoV-2 bocor dari Institut Virologi Wuhan pada awalnya ditolak oleh sebagian besar ahli dan pejabat kesehatan karena itu adalah teori konspirasi.

Tetapi beberapa ilmuwan terkemuka terus mempertanyakan asal mula sebenarnya dari pandemi yang telah menewaskan hampir 3,5 juta orang di seluruh dunia.

Penasihat Organisasi Kesehatan Dunia Jamie Metzl, yang bekerja di pemerintahan Presiden AS Bill Clinton, mengatakan teori bahwa virus yang bocor dari laboratorium itu mungkin.

Baca Juga: Pantas Saja China Sampai Bongkar Sendiri Asal-Usul Covid-19, Intelijen AS Ternyata Punya Bukti yang Bisa Mengguncang Dunia, Tentang Asal-Usul Covid-19

Karena para ilmuwan terus mencari, memahami virus dengan niat baik untuk mengembangkan vaksin.

Anthony Fauci, direktur Institut Nasional AS untuk Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan pada 24 Mei bahwa dia tidak sepenuhnya percaya virus itu berevolusi secara alami dan mendesak penyelidikan ekstensif.

Dengan kata lain, banyak ilmuwan terkemuka di dunia percaya bahwa ada kebutuhan untuk penyelidikan lebih lanjut tentang asal usul virus SARS-CoV-2, di mana kebocoran dari laboratorium merupakan hipotesis.

Tidak ada kesimpulan yang memuaskan tentang asal mula virus.

Hasil penyelidikan asal usul virus SARS-CoV-2, yang diumumkan pada Maret oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah China.

Hasilnya mereka memunculkan kemungkinan baru tentang asal-usul virus.

Baca Juga: Bak Umumkan Berita Besar, China Akhirnya Beri Penjelasan Detail Asal-Usul Virus Corona, Setelah Dituduh Amerika Berikan Tuduhan Ini

Namun penelitian tersebut belum membuktikan bagaimana penyakit itu berkembang, menginfeksi kelelawar ke perantara seperti trenggiling dan kemudian menginfeksi manusia.

Laporan WHO mengatakan bahwa hipotesis bahwa virus bocor di laboratorium "sangat tidak mungkin".

mengutip bahwa tidak ada staf peneliti di Institut Virologi Wuhan yang terinfeksi virus sebelum Desember 2019.

Tetapi laporan intelijen AS mengatakan bahwa tiga karyawannya sakit, meskipun tidak jelas apakah gejalanya mirip dengan infeksi Covid-19.

Bahkan ketika laporan itu dipublikasikan, WHO masih menyerukan penyelidikan lebih lanjut dan meminta China lebih terbuka dalam memberikan informasi.

Artikel Terkait