Intisari-online.com -Resort tepi pantai pastinya mengundang perhatian para turis yang ingin bersantai.
Namun bagaimana jika resort tersebut ternyata adalah lokasi mata-mata?
Melansir BBC, Arous adalah resort liburan di gurun Sudan, tepi Laut Merah.
Namun ternyata destinasi glamor ini juga merupakan pangkalan agen Israel penuh misi rahasia.
"Arous di Laut Merah, dunia menakjubkan," tulis di brosur mengkilatnya, menyebutkan juga sebagai "pusat tempat menyelam dan rekreasi di Sudan".
Brosur Arous diilustrasikan dengan gambar pantai cerah berpasir putih, lengkap denga pasangan tersenyum mengenakan pakaian menyelam, dan rangkaian ikan eksotis.
Iklan dilengkapi dengan "perairan terbersih dan terbaik di dunia".
Desa Arous, lengkap dengan karang spektauler dan kapal karam yang aneh, tampaknya menjadi impian penikmat olahraga selam.
Pamflet telah disebarkan di agen travel di seluruh Eropa.
Pesanan dipesan melalui petugas di Jenewa dan Khartoum.
Serta ratusan tamu sering berlibur di sana.
Rutenya panjang, tapi sesampainya di oasis gurun, para wisatawan menikmati fasilitas kelas satu, olahraga air, aktivitas menyelam bawah laut dan menikmati deretan makanan segar dan anggur.
Komentar menyenangkan dituliskan oleh para pengunjung.
Pihak kerjasama Wisata Internasional Sudan juga bahagia.
Namun tidak ada yang tahu, resort itu ternyata palsu.
Itu hanyalah akal-akalan untuk operasi Mossad yang dilaksanakan lebih dari 4 tahun di awal 1980-an.
Mossad adalah agen mata-mata Israel.
Resort mewah itu dipakai sebagai penutup untuk misi kemanusiaan luar biasa: menyelundupkan ribuan Yahudi Ethiopia yang terkepung dan terdampar di kamp pengungsian di Sudan dan mengevakuasinya ke Israel.
Sudan dulunya adalah musuh terikat dengan dunia Arab, dan penyelundupan itu dilakukan tanpa diketahui siapapun, entah di tempat itu atau di rumah.
Operasi itu sangatlah rahasia, hanya orang-orang yang terlibat secara langsung saja yang tahu.
Agen mata-mata itu bahkan tidak mengatakan kepada keluarga mereka.
Yahudi Ethiopia termasuk dalam komunitas yang disebut sebagai Beta Israel (Rumah Israel), yang aslinya diselubungi misteri.
Selama berabad-abad, teori yang kuat mengatakan mereka merupakan keturunan dari elit Israel yang menemani putra Ratu Sheba dan Raja Solomon kembali ke Ethiopia pada 950 Sebelum Masehi, menyelundupkan Tabut Perjanjian bersamanya.
Namun teori itu kemudian diganti dengan mereka berhenti di sana setelah melarikan diri dari perang sipil di Israel kuno, atau lari sampai diasingkan setelah kehancuran Kuil Yahudi di Yerusalem pada 586 SM.
Sampai awal 1970-an, kepala rabbi Israel mengiklankan pandangan gambaran rabbi turun-temurun bahwa Beta Israel termasuk milik salah satu dari 10 suku yang hilang, yang hilang dari sejarah mengikuti serangan Kerajaan Israel pada abad ke-8 SM.
Yahudi Ethiopia menaati Torah, melakukan praktik Yahudi versi kitab mereka, dan berdoa di bangunan yang mirip dengan sinagog.
Namun, terisolasi dari umat Yahudi lain, mereka berpikir jika mereka adalah Yahudi yang tersisa di dunia.
Di tahun 1977 salah seorang anggota mereka, Ferede Aklum, dicari oleh otoritas Ethiopia untuk "aktivitas anti-pemerintah".
Aklum dicurigai bersimpati dengan pemberontaak dan terlibat mendukung Yahudi untuk pindah ke Israel.
Ia kemudian melarikan diri ke Sudan, bersama gelombang pengungsi Ethiopia non Yahudi yang melarikan diri dari perang sipil dan krisis pangan yang kian parah.
Lalu ia mengirim surat ke agen bantuan, memohon bantuan untuk pergi ke Israel dan akhirnya menemukan jalan ke Mossad.
Perdana Menteri Israel saat itu, Menachem Begin, mengira Aklum adalah pengungsi dari Eropa yang diduduki Nazi.
Israel ada sebagai tempat berlindung yang aman bagi orang Yahudi yang dalam bahaya, Beta Israel pun tidak terkecuali.
Akhirnya Aklum dijemput.
Mossad memerintahkan salah satu operasinya, Dani, untuk temukan Ferede dan temukan cara menyelundupkan setiap orang Yahudi Ethiopia di Sudan keluar ke Israel.
Pencarian itu sulit, tapi akhirnya Dani bertemu dengan Ferede di Khartoum dan keduanya bekerja sama.
Ferede menyalurkan pesan kembali ke komunitasnya di Ethiopia, mengatakan jalan ke Yerusalem melalui Sudan, dan mereka harus mengikuti jejaknya.
Akhirnya pada periode sampai akhir tahun 1985, sekitar 14.000 Beta Israel mengambil kesempatan itu dan melakukan perjalanan berbahaya sejauh 800 km dengan berjalan kaki.
Saat itu 1500 pengungsi Yahudi terbunuh di jalan, atau diculik.
Sampai saat ini tidak ada Yahudi di Sudan, yang mana merupakan negara Muslim.
Para Yahudi tersebut menyembunyikan agama mereka untuk menyatu dan tidak ditangkap oleh pasukan polisi rahasia Sudan.
Meskipun penuh risiko, mereka melanjutkan praktik Yahudi mereka, seperti memadamkan api di kamp-kamp sebelum hari Sabat dan memakan hanya daging yang sesuai dengan aturan diet Yahudi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini