Mencatat 117 Kematian Covid-19 Per Jam, Warga India Mengamuk Hebat Mengetahui Respon Pemimpinnya yang Hanya Pedulikan Pemilu dan Hapus Kritik Terhadap Pemerintah

Maymunah Nasution

Penulis

Perdana Menteri India Narendra Modi. Modi diamuk oleh warga setelah laporkan cuitan warganya yang mengkritik penanganan Covid-19 di India
Perdana Menteri India Narendra Modi. Modi diamuk oleh warga setelah laporkan cuitan warganya yang mengkritik penanganan Covid-19 di India

Intisari-online.com -Sudah sejak awal April lalu India bagaikan dihantam hebat oleh gelombang kedua virus Corona.

Covid-19 varian baru di India B.1.617 telah melumpuhkan sistem kesehatan negara yang kemarin sudah mencatat rekor penanganan Covid-19 terbaik.

Negara produsen vaksin terbesar di dunia itu juga kini kesulitan memproduksi vaksin lagi.

Tidak usah jauh-jauh dari memproduksi vaksin, India juga kini kesulitan memenuhi kebutuhan vaksin dalam negerinya.

Baca Juga: Kabur dengan Pesawat Pribadi saat Negaranya Remuk Redam karena Covid-19, Orang Superkaya India Nyatanya Malah Paling Berdosa Bikin Virus Corona Makin Merajalela di Negeri Bollywood

Kini amarah warga India memuncak setelah pada Senin 26 April lalu pemerintah India memerintahkan Twitter menghapus unggahan kritik penanganan pandemi Covid-19.

Perdana Menteri Narendra Modi telah dituduh tidak mengambil langkah serius atas respon India atas pandemi Covid-19.

Perintah pemerintah itu ditujukan kepada unggahan yang mengkritik Narendra Modi dan partai nasionalis Hindunya, atau Bharatiya Janata Party (BJP).

Dilansir dari NBC News, juru bicara Twitter mengkonfirmasi jika mereka menerima permintaan pemerintah India dan menahan konten di India saja.

Baca Juga: Covid-19 di India Makin Mengerikan, Warga Desa Malah Pilih Berobat dengan Cara Ini Daripada Rumah Sakit, Dapat Cap Besi Panas di Tubuh!

"India tidak akan memaafkan PM @narendramodi karena meremehkan situasi corona di negara ini dan membiarkan banyak sekali warga meninggal karena penanganan yang buruk," seorang politisi dari daerah Bengal Barat, Moloy Ghatak, menulis di Twitter minggu lalu.

"Saat India masih melalui krisis kesehatan, PM memilih mengekspor jutaan vaksin ke negara lain."

Cuitan Ghatak termasuk di antara lusinan yang didaftarkan pemerintah untuk dihapus.

Baca Juga: Pantas Covid-19 di India Jadi Semengerikan Ini, Rupanya India Sempat Angkuh dan Malah Berleha-leha Ketika Jumlah Kasus Menurun, Masalah Ini Mengalahkan Prinsip Kesehatan dan Akal Sehat

Namun unggahan yang dihapus itu masih bisa dilihat di luar India.

Penghapusan kritik datang setelah India melaporkan 352.991 infeksi baru Senin 26/4/2021.

Angka itu mencapai rekor dunia untuk 5 hari berturut-turut yang menyebabkan jumlah kasus India lewati 17 juta sejak pandemi Covid-19 dimulai.

Menurut data dari Johns Hopkins University, 195.123 warga telah meninggal karena Covid-19 di India, tertinggi keempat setelah AS, Brasil, dan Meksiko.

Baca Juga: ‘Tolong Bantu Saya, Ayah Bisa Meninggal’ Kisah Seorang Pria Bawa Ayahnya yang Sesak Napas Keliling Cari Rumah Sakit yang Bisa Menerimanya, Krisis Covid-19 di India ‘Menyebar dengan Kecepatan Tak Terbayangkan’

Melonjaknya kasus Covid-19 telah membawa rasa sakit dan putus asa kepada jutaan keluarga di seluruh India, banyak yang kemudian mencurahkan perasaan mereka di Twitter, atau menggunakannya untuk mencari ranjang dan ventilator rumah sakit yang masih tersedia.

Senin itu juga Modi menelepon Presiden AS Joe Biden, yang berjanji membantu warga India yang telah terdampak oleh Covid-19.

AS kemudian mengirimkan bantuan gawat darurat, termasuk suplai oksigen, bahan untuk baksin dan ahli terapi.

Bantuan itu dikabarkan datang hari Jumat 30 April 2021 ini.

Baca Juga: Mulai Menjalar Kemana-mana Dampak Dahsyatnya Covid-19 di India, Sudah Dialami Negara Tetangganya Ini, Diprediksi akan Alami Badai Mirip yang Terjadi di India

Dalam sepasang cuitan, Modi menggambarkan pembicaraan dengan Biden sebagai "membuahkan hasil" dan berterima kasih atas dukungan presiden.

Ia mengatakan diskusi telah mencatat pentingnya rantai suplai obat dan bahan mentah vaksin yang "mulus dan efisien".

Modi sendiri hanya diam saat krisis melanda, tapi memperbolehkan festival keagamaan dan kampanye pemilu dihadiri ribuan warga yang tetap berlanjut.

"Ada banyak yang menggunakan media sosial untuk membantu yang membutuhkan. Begitu banyak nyawa telah diselamatkan," ujar Rohan Gupta, kepala media sosial untuk partai oposisi, Indian National Congress, menulis di Twitter Minggu 25/4/2021.

Baca Juga: 'Jika Kita Tidak Menolong India, Ledakan Kasusnya Bisa Menyerang Seluruh Dunia' Pakar Ini Menjelaskan Mengapa Wabah Covid-19 di India Adalah Masalah Global yang Bahkan Mengancam Vaksinasi Dunia

"Kini (pemerintah) ingin renggutkenyamanan terakhir kita untuk bercerita di waktu yang sulit ini."

Twitter sendiri mengatakan telah mereview konten yang diminta pemerintah untuk dihapus setelah menerima "permintaan hukum valid" dari pemerintah India.

Hukum yang diambil pemerintah adalah Aksi Teknologi Informasi, 2000, yang perbolehkan otoritas untuk memerintahkan blokir akses publik ke informasi untuk melindungi "kedaulatan dan integritas India" dan mempertahankan tatanan publik.

Kementerian Elektronik dan Teknologi Informasi dan partai BJP tidak segera merespon permintaan komentar.

Baca Juga: India Dihantam Tsunami Covid-19, Presiden Jokowi Cerita Telepon Menkes India Belajar Tangani Covid-19 dan Adopsi Strategi 'Micro Lockdown'

Direktur LSM HAM Asia Human Rights Watch, Meenakshi Ganguly, mengatakan jika upaya pemerintah "mendiamkan kritik sama sekali tidak sesuai proporsi atau pantasi dihormati."

"Warga India marah atas kegagalan negara mencegah kelumpuhan sistem kesehatannya," ujar Ganguly.

Januari kemarin, Twitter memblokir lusinan akun yang mengunggah protes petani setelah pemerintah mengeluhkan pengguna mengunggah konten kekerasan.

Awal tahun ini pemerintah India juga memblokir akses internet di New Delhi.

Baca Juga: Padahal Kini Dihargai Setara Emas di India, Pria Ini Walau Memiliki Tabung Oksigen Banyak Malah Menjualnya dengan Harga Nyaris Gratis, Sampai Dipuja Sebagai Pahlawan Karena Kebaikannya

Saat itu puluhan ribu petani kemah di jalan menuntut ditariknya UU pertanian baru.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait