Intisari-Online.com - Seperti apa perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan?
Salah satu konflik yang membuat dunia khawatir belakangan ini adalah sengketa antara China dan Taiwan.
Taiwan terus mengklaim kedaulatannya, meski China mengaku siap mengambil alih pulau yang masih dianggap sebagai wilayahya itu dengan paksaan jika perlu.
China pun semakin agresif memprovokasi Taiwan dengan mengirim pesawat tempurnya ke dekat wilayah udara Taiwan.
Bermunculan prediksi tentang bagaimana kelanjutan ketegangan dua kekuatan tersebut.
Komandan AS Asia Pasifik, Philip Davidson, telah mengatakan secara terbuka bahwa China dapat menyerang dalam enam tahun ke depan, dikutip Aljazeera(14/4/2021).
Sementara Laksamana John Aquilino mengatakan kepada komite Angkatan Bersenjata Senat bahwa mengambil Taiwan adalah prioritas "nomor satu" untuk Partai Komunis China.
Kini, perbandingan kekuatan militer dua negara yang tengah berkonflik tersebut menunjukkan bahwa di atas kertas total kekuatan militer China masih jauh di atas milik Taiwan. Seperti apa?
Melansir Global Firepower 2021, China kini masih menjadi salah satu kekuatan militer top dunia, menempati peringkat ke-3 dan hanya berada di bawah AS dan Rusia.
Sementara itu, Taiwan berada di peringkat ke-22, menurut Global Firepower 2021.
Meski begitu, Taiwan menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya di mana ia berada di peringkat ke-26.
Kini, tercatat bahwa Taiwan memiliki Power Index sebesar 0.4154 dari 0.0000 yang dianggap sempurna.
Taiwan juga menunjukkan panah hijau, yang artinya perbandingan tahun ke tahun kekuatan militer negara ini mengalami tren naik.
Dari jumlah personel militer aktif, China masih belum terkalahkan dengan sebanyak 2.185.000 personel aktifnya. Ini ditambah dengan kekuatan cadangan sebanyak 510.000 personel.
Sedangkan personel militer aktif milik Taiwan hanya sebanyak 165.000 personel. Meski Taiwan juga tercatat memiliki kekuatan cadangan sebanyak 1.655.000 personel.
Untuk keuangannya, China pun masih menjadi militer terkaya dengan perkiraan anggaran pertahanan sebesar 178,2 miliar dolar AS. Sedangkan Taiwan mengalokasikan sebesar 13 miliar dolar AS.
Bagaimana perbandingan di masing-masing sektor?
Di sektor udara, China memiliki 1.200 pesawat tempur, terbanyak di dunia setelah AS.
Kemudian dimiliki juga 371 pesawat serangan khusus, 264 pesawat transport, 115 pesawat misi khusus, 902 helikopter, 3 armada tanker, 327 helikopter serang, dan 405 pesawat latihan.
Sedangkan Taiwan memiliki 288 pesawat tempur, 19 pesawat transport, 19 pesawat misi khusus, 208 helikopter, 91 helikopter serang, dan 205 pesawat latihan.
Di darat, China juga menjadi pemilik kendaraan lapis baja terbanyak kedua setelah AS, dengan 35.000 kendaraan lapis baja.
Selain itu, ada 3.205 tank, 1.970 artileri self-propelled, 1.234 artileri derek, dan 2.250 proyektor roket.
Sedangkan Taiwan memiliki 8.750 kendaraan lapis baja, 1.160 tank, 257 artileri self-propelled, 1.160 artileri derek, dan 115 proyektor roket.
Di tengah klaimnya yang kontroversial atas Laut China Selatan, Negeri Tirai Bambu memang disebut terus meningkatkan kekuatan lautnya.
Kini, China merupakan pemilik kekuatan laut nomor satu di dunia dengan total aset 777 unit.
Armada tempur yang dimiliki China antara lain 2 kapal induk, 50 kapal perusak, 79 kapal selam, 46 fregat, 72 korvet, 36 mine warfare, dan 123 kapal patroli.
Sedangkan total aset naval Taiwan sebanyak 117 unit, di mana militer negara ini tidak memiliki kapal induk.
Lainnya adalah 4 kapal perusak, 4 kapal selam, 22 fregat, 1 korvet, 10 mine warfare, dan 43 kapal patroli.
Itulah perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan saat ini, dua kekuatan yang ikut memicu munculnya kekhawatiran Perang Dunia III.
Namun, meski total kekuatan militernya lebih unggul dibanding Taiwan, rupanya jika China nekat menginvasi tetangganya itu, bukan tantangan mudah yang bakal dihadapinya, menurut para ahli.
Mengutip Aljazeera, sebagian besar ahli mengambil pendekatan yang lebih terukur, ketika AS telah mulai berspekulasi bahwa invasi amfibi oleh PLA akan segera terjadi.
Dikatakan, mereka menekankan bahwa invasi ke Taiwan membawa risiko signifikan bagi China.
Pertama, pasukannya harus melintasi Selat Taiwan sepanjang 180 km (100 mil) dengan lebih dari 100.000 tentara dan pasokan, menurut Michael Tsai, yang menjabat sebagai wakil menteri pertahanan Taiwan dan juga menteri pertahanan antara 2004 dan 2008.
Dalam perjalanan, mereka akan menghadapi pemboman udara dan laut. Lalu, jika mereka berhasil mendarat, akan ada perlawanan lokal yang kuat.
"Jika Taiwan diserang oleh PLA, lebih dari dua pertiga anak muda akan mengambil tindakan tegas untuk melawan tindakan China," kata mantan menteri pertahanan itu.
“Taiwan adalah negara yang bebas dan demokratis. Kami suka hidup berdampingan secara damai dengan China, tetapi jika kami diserang, kami harus bereaksi untuk beberapa pertahanan. Tentu akan sangat menderita. Banyak anak muda akan kehilangan nyawanya, begitu juga dengan PLA," katanya.
Juga, akan ada masalah lain yang harus dihadapi , termasuk medan yang menantang, pola cuaca yang tidak dapat diprediksi, dan bahkan topan.
Bagi pakar dan sejarawan Taiwan, Bill Sharp, manuver seperti itu akan "lebih sulit daripada Pendaratan D-Day" karena geografi Taiwan, perairan yang ganas, dan pola cuaca yang tidak dapat diandalkan.
Garis pantainya juga menawarkan beberapa pantai yang cocok, katanya, untuk pendaratan "pengangkut personel lapis baja, tank, artileri, atau sejumlah besar pasukan penyerang."
Sebuah serangan rudal akan menyebabkan hilangnya nyawa manusia yang sangat besar dan kehancuran infrastruktur dan akan memicu perlawanan terhadap kekuatan penyerang mana pun.
“China lebih suka memerintah Taiwan secara fisik,” katanya.
"Dengan masyarakat mereka diserang dengan kejam, keinginan Taiwan untuk berperang akan terusik," imbuhnya.
Invasi juga bisa menarik sekutu terdekat Taiwan, seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Meskipun tidak dijamin AS akan datang untuk melindungi pulau itu, AS telah berjanji untuk membantu pulau itu mempertahankan "kemampuan pertahanan diri yang memadai" sebagai bagian dari Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari