Menurut kedua guru besar ilmu politik itu, pinjaman sering kali bersifat mendesak bagi negara berkembang.
Mereka mencontohkan Sri Lanka yang meminjam uang dari China untuk membenahi pelabuhan internasionalnya yang sudah usang.
"Ekspansi China ke luar negeri, serupa dengan program pembangunan domestiknya, lebih bersifat uji coba dan eksperimental, sebuah proses pembelajaran yang ditandai dengan koreksi yang konstan dilakukan.”
Melansir Tribunnews, Bank Dunia merilis data utang luar negeri dari 120 negara berpendapatan rendah hingga sedang dalam International Debt Statistics (IDS) 2021.
Daftar negara dengan utang luar negeri paling banyak ini dipimpin oleh China, dengan nilai total US$ 2,1 triliun.
Namun, di sisi lain, China berada di nomor urut kedua negara yang mengucurkan utang (kreditor) kepada negara-negara lain.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR