Cara kerja CVR sebenarnya sangat sederhana. Ia mampu merekam karena terhubung dengan mikrofon yang dipasang di dalam kokpit.
Setidaknya ada 3-4 mikrofon yang dipasang. Yaitu di headset pilot, headset co-pilot dan di dalam kokpit. Jika ada awak ketiga di dalam kokpit, headsetnya juga harus dipasangi mikrofon.
Cara kerja FDR juga hampir sama sederhananya. Yaitu dipasangnya kabel-kabel sensor di berbagai tempat di dalam pesawat.
Kabel-kabel sensor itulah yang nantinya mengirim data untuk mengisi parameter-parameter yang ada di dalam FDR.
Beberapa parameter yang bisa dicatat oleh FDR di antaranya adalah waktu, tekanan ketinggian, kecepatan angin, akselerasi vertikal, magneting heading, posisi kolom kontrol, posisi pedal kemudi (rudder), keseimbangan horizontal dan aliran bahan bakar.
Kotak hitam ini bisa bekerja dengan menggunakan sumber energi dari mesin pesawat.
Ia menggunakan listrik 28 Volt dari sumber daya searah (DC) atau 115 Volt dari sumber daya arus listrik bolak-balik (AC).
Kotak hitam juga dilengkapi peralatan suar bawah air (Underwater Locator Beacon/ULB).
Komponen tambahan ini sangat penting untuk pencarian pesawat yang mengalami kecelakaan di laut.
Dengan ULB, deteksi pencarian bisa dilakukan hingga kedalaman 14.000 kaki.
ULB akan mengeluarkan suara dengan frekuensi 37,5 kiloHertz atau setara dengan frekuensi ultrasonik.
Setelah terjadi benturan, suar akan mulai berbunyi “ping” per detik selama 30 hari.
ULB bekerja dengan tenaga baterai yang mampu bertahan hingga enam tahun.
Walau disebut kotak hitam, perangkat ini sebenarnya tidak berwarna hitam.
Ia justru berwarna terang, antara merah dan oranya, makanya dulu ia diberi nama “si telur merah” karena warnanya itu.
Tapi suatu ketika, seorang jurnalis nyeletuk pada Warren bahwa perangkatnya bagai kotak hitam yang indah.
Sejak itulah perangkat sangat vital itu diberi julukan Kotak Hitam dan terus dipakai hingga saat ini. (Agustinus Winardi)
Source | : | kompas |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR