Dikenal Pintar Jiplak Barang Orang, Rupanya Tindakan China Jiplak Jet Tempur Rusia Membuat Negeri Panda Kena Batunya, Ada Konsekuensi Mengerikan yang Diterima China

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Shenyang J-15 mirip Su-33
Shenyang J-15 mirip Su-33

Intisari-online.com - China mungkin adalah negara paling sempurna dalam membuat tiruan.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tiruan barang hampir diseluruh dunia semuanya berasal dari China.

Bahkan senjata militer pun bisa juga di jiplak oleh negeri panda tersebut.

Menurut 24h.com.vn, China pernah mencoba menjiplak jet tempur Su-35 milik rusia dengan jet tempur buatannya J-15.

Baca Juga: Padahal Masih Dirahasikan, Terkuak Inilah 4 Jalur Penyebaran Virus Corona yang Bocor dari Draf Dokumen WHO yang Dikumpulkan dari China

Namun, meski berhasil membuat tiruan Su-35, ternyata ada konsekuensi serius yang diperoleh China, karena tiruannya tidak sempurna.

Hal itu dilaporkan pada 2019 lalu, saat kapal induk China Type 001A sedang menjalani pengujian akhir dan segera dioperasikan.

Ini merupakan kapal induk buatan China pertama yang dibuat sendiri dengan kemampuan membawa 40 jet tempur.

Namun, yang jadi masalah adalah jumlah jet tempur J-15 buatan China.

Baca Juga: Lebih dari 200 Kapal ChinaDituduh Kembali Nyelonong di Wilayah Sengketa Ini, Bikin Militer FilipinaKeluarkan Jet Tempur Mematikan Ini, Langsung Kocar-kacir!

China dikatakan memiliki jumlah jet tempur J-15 yang tidak memadai, digunakan pada kapal induk 001.

menurut surat kabar Rusia, Model pesawat tempur J-15 telah diproduksi secara massal di China sejak 2013.

tetapi mengalami banyak masalah, sehingga Grup Shenyang hanya memproduksi kurang dari 40 pesawat.

Salah satu kelemahan terbesar J-15 adalah bobotnya yang tidak bermuatan 17,5 ton, menjadikan J-15 pesawat tempur terberat di dunia.

Sedangkan F-18 Amerika yang terkenal memiliki berat hanya 14,5 ton.

Bobot yang besar dan kebutuhan untuk membawa banyak senjata membuat J-15 tidak mampu lepas landas secara efektif di atas kapal induk.

Menurut surat kabar Rusia, untuk mengatasi masalah tersebut, model kapal induk China yang akan datang akan diminta untuk memasang peluncur pendukung.

Baca Juga: Mampu Luluh Lantakkan Sebanyak dan Sekuat Apapun Senjata Musuh, InilahAGM-183 ARRW, Rudal Hipersonikyang Jadi Andalan Angkatan Udara Amerika

Ini membantu pesawat mengurangi jarak yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan lepas landas yang memadai.

Tetapi berat bukan satu-satunya masalah, sistem kontrol J-15 tampaknya memiliki beberapa masalah yang tidak dapat diperbaiki oleh para insinyur China.

Buktinya, pesawat ini telah berulang kali jatuh dalam penerbangan pelatihan, menyebabkan China kehilangan banyak pilot yang baik.

Pada bulan Juli 2019, kepemimpinan Tiongkok tampaknya tidak sabar dengan J-15 dan mengajukan permintaan untuk membangun model baru.

Salah satu solusinya adalah dengan menyempurnakan pesawat tempur siluman J-20 agar sesuai untuk digunakan di kapal induk.

Namun J-20 juga mengalami masalah karena Rusia tidak memberikan mesin AL-31FM2 kepada China.

Model pesawat ini juga pernah meluncurkan rudal dari kompartemen tersembunyi di bawah perut, melainkan hanya memamerkan senjata saat uji terbang.

Pakar militer Rusia Vasily Kashin mengatakan kepada Sputnik bahwa Beijing masih harus menggunakan J-15 karena tidak ada solusi yang lebih layak.

Baca Juga: Balas Dendam China pada Barat Berlanjut, Perusahaan Swedia Ini Kena Imbasnya, Dipastikan Tak Bisa Lagi Beroperasi di China

"Saya tidak berpikir China dapat membangun jet tempur baru hingga pertengahan 2020-an. Itu berarti mereka masih harus meningkatkan J-15," kata Kashin.

Pakar Rusia menyebutkan bahwa China mengembangkan J-15 berdasarkan prototipe Su-33 di Ukraina.

Prototipe itu sendiri memiliki banyak masalah, bukan versi lengkap Su-33 saat ini.

"Alih-alih membayar royalti untuk dapat membangun Su-33 di China, mereka memutuskan untuk menghemat uang untuk membangun J-15 dengan caranya sendiri," kata Kashin.

Faktanya, China pada tahun 2009 mengajukan tawaran untuk membeli jet tempur Su-33 Rusia, tetapi ditolak ketika Rusia menemukan bahwa J-11B jiplakan dari pesawat tempur Su-27.

Menurut ahli Rusia, insinyur China tidak sepenuhnya memahami karakteristik Su-33, tidak mengetahui batas toleransi badan pesawat, yang menyebabkan kesalahan perhitungan.

"Hari ini, China telah menghabiskan banyak uang, banyak waktu untuk J-15 dan masih beroperasi dengan kurang andal," Kashin menunjukkan masalahnya.

Pakar Rusia percaya bahwa akan tiba waktunya ketika China telah selesai menangani jet tempurnya, tetapi itu akan membutuhkan lebih banyak waktu dan, tentu saja, lebih banyak uang.

Artikel Terkait