Beda dengan pentol keliling
Cita rasa pentol goreng buatannya makin enak bila ditambah dengan saus sambal pedas racikannya.
“Paling enak kalau makannya pas masih hangat dengan saus pedas yang juga saya buat sendiri,” kata Yanti.
Tak hanya itu, konsumen dipastikan menikmati pentol dalam kondisi panas lantaran baru akan digoreng saat dipesan.
Untuk membuat saus pedas itu, Yanti menghabiskan lima kilogram cabai rawit segar atau dua kilogram cabai kering.
Sebagai pelengkap hidangan, Yanti juga menyediakan es sirup janggelan dan aneka kerupuk bagi yang ingin menikmatinya.
Satu porsi pentol goreng dijualnya Rp 10.000. Ia pun juga menjual ceker ayam, sayap ayam dan kepala ayam dengan tulangnya sudah kondisi lunak.
“Kami juga menjual ceker ayam yang dalam sehari rata-rata bisa ludes terjual 1.000 biji, sayap ayam dua kilogram, dan kepala ayam 20 biji," ujar dia.
Untuk berjualan pentol di warung, Yanti dibantu dua karyawan.
Dalam satu hari, bisa menghabiskan 35 kilogram pentol.
Sementara saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu bisa mencapai 40 kilogram pentol per hari.
Dari hasil jualannya setiap hari, omzet yang diperoleh Yanti mencapai Rp 4 juta pada hari biasa.
Sementara di akhir pekan atau hari libur, omzetnya bisa naik mencapai Rp 5 juta.
“Pendapatan kotor dari jualan ini, sehari bisa mencapai Rp 4 juta. Tapi kalau hari libur bisa mencapai Rp 5 juta,” kata Yanti.
Pelanggan hingga luar kota
Pelanggan pentol goreng Yanti tidak hanya dari Kota Madiun dan Kabupaten Madiun saja.
Pelanggan dari luar kota seperti Sragen, Mojokerto dan Surabaya acapkali mampir di warungnya untuk menikmati satu porsi pentol goreng buatannya.
Bahkan, saat pandemi ini, masih banyak pelanggan dari luar kota yang mampir ke warungnya.
Meski makin ramai pembelinya, Yanti belum berpikir membuka cabang di tempat lain.
Ia hanya menginginkan warungnya tetap terus ramai.
Untuk itu ia harus menjaga cita rasa pentol bikinannya dengan bahan yang benar-benar berkualitas.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR