Intisari-Online.com -Meski hanya berjualan pentol goreng, Luki Daryanti (43), ibu rumah tangga asal Desa Bantengen, Kecamatan Ongu, Kabupaten Medien, Jawa Timur, dinilai sukses.
Kenapa tidak? Dalam satu hari, Luki Dariyanti (Luki Dariyanti) yang akrab dipanggil Yanti (Yanti) mendapatkan banyak omzet di kategori UMKM.
Menggunakan teras rumahnya, Yanti membuka warung pentol goreng dengan omzet harian 4 juta rupiah.
Meski sederhana menu yang disediakan, warung Pentol Goreng Ceker Lunak Mbak Yanti ini tidak pernah sepi dari pengunjung.
Baca Juga: Disebut Ramen Terenak, Begini Sejarah Indomie, Omzet Penjualan Hampir Rp1 Triliun pada Tahun 1990
Ratusan porsi pentol goreng yang dibuat selalu ludes disikat pembeli karena memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan penjual lainnya.
Kepada Kompas.com pekan lalu, Yanti menceritakan awal mulanya berbisnis pentol goreng sejak tahun 2007 lalu.
Kenekatan berjualan pentol lantaran ingin menambah pendapatan keluarga.
Sebelum membuka warung pentol goreng di rumahnya, Yanti menjual jajanan pentol dengan menitipkan produknya di kantin-kantin sekolah yang ada di Madiun.
“Untuk pertama kali saya belum jualan pentol goreng. Saat itu saya jual pentol rebus dulu,” kata Yanti.
Setelah beberapa bulan berjalan, rupanya jualan pentol rebus kurang diminat di pasaran.
Saban harinya, banyak dagangannya yang kembali karena tidak laku di pasaran.
Tak ingin terus merugi, Yanti lalu memutar otak agar jualannya laku di pasaran.
Yanti lalu mencoba pentol yang dahulunya direbus diganti dengan digoreng.
Satu tusuk berisi sepuluh pentol goreng dijual murah meriah Rp 1.000.
Tak diduga, pentol goreng tusuk diminati pasaran di kanting-kantin sekolah.
“Dalam satu hari seratus tusuk pentol goreng saya laku semuanya,” kenang Yanti.
Mendapatkan respons positif dari pasar, Yanti akhirnya memutuskan membuka warung sendiri di teras rumahnya.
Pembukaan warung di rumahnya tidak lagi membuatnya sibuk mengantar dan mengambil pentol goreng di kantin sekolah.
Untuk menarik minat pembeli yang sasarannya anak-anak sekolah dan remaja, saat awal buka warung ia mempromosikan tiga hari makan gratis.
Cara itu berhasil untuk menarik minat para remaja sekaligus memperkenalkan warung pentol goreng.
Beberapa tahun berjalan, warung pentol goreng milik Yanti mulai ramai dikunjungi konsumen sejak tahun 2010.
Para pembelinya pun tidak hanya dari kalangan pelajar dan remaja saja.
Orang dewasa hingga orangtua pun beramai-ramai datang ke warung milik Yanti.
Mereka penasaran ingin mencoba pentol goreng racikan Yanti.
Beda dengan pentol keliling
Cita rasa pentol goreng buatannya makin enak bila ditambah dengan saus sambal pedas racikannya.
“Paling enak kalau makannya pas masih hangat dengan saus pedas yang juga saya buat sendiri,” kata Yanti.
Tak hanya itu, konsumen dipastikan menikmati pentol dalam kondisi panas lantaran baru akan digoreng saat dipesan.
Untuk membuat saus pedas itu, Yanti menghabiskan lima kilogram cabai rawit segar atau dua kilogram cabai kering.
Sebagai pelengkap hidangan, Yanti juga menyediakan es sirup janggelan dan aneka kerupuk bagi yang ingin menikmatinya.
Satu porsi pentol goreng dijualnya Rp 10.000. Ia pun juga menjual ceker ayam, sayap ayam dan kepala ayam dengan tulangnya sudah kondisi lunak.
“Kami juga menjual ceker ayam yang dalam sehari rata-rata bisa ludes terjual 1.000 biji, sayap ayam dua kilogram, dan kepala ayam 20 biji," ujar dia.
Untuk berjualan pentol di warung, Yanti dibantu dua karyawan.
Dalam satu hari, bisa menghabiskan 35 kilogram pentol.
Sementara saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu bisa mencapai 40 kilogram pentol per hari.
Dari hasil jualannya setiap hari, omzet yang diperoleh Yanti mencapai Rp 4 juta pada hari biasa.
Sementara di akhir pekan atau hari libur, omzetnya bisa naik mencapai Rp 5 juta.
“Pendapatan kotor dari jualan ini, sehari bisa mencapai Rp 4 juta. Tapi kalau hari libur bisa mencapai Rp 5 juta,” kata Yanti.
Pelanggan hingga luar kota
Pelanggan pentol goreng Yanti tidak hanya dari Kota Madiun dan Kabupaten Madiun saja.
Pelanggan dari luar kota seperti Sragen, Mojokerto dan Surabaya acapkali mampir di warungnya untuk menikmati satu porsi pentol goreng buatannya.
Bahkan, saat pandemi ini, masih banyak pelanggan dari luar kota yang mampir ke warungnya.
Meski makin ramai pembelinya, Yanti belum berpikir membuka cabang di tempat lain.
Ia hanya menginginkan warungnya tetap terus ramai.
Untuk itu ia harus menjaga cita rasa pentol bikinannya dengan bahan yang benar-benar berkualitas.
(*)