Intisari-Online.com - Kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS John Finn, berlayar melalui selat Taiwan pada hari Rabu (10/3/2021), sesuai dengan hukum internasional.
Kemunculan kapal itu terjadi ketika Amerika Serikat (AS) dan China merencanakan pembicaraan tingkat senior minggu depan di Alaska.
Tujuannya guna membahas ketegangan di kawasan Laut China Selatan.
NamunBeijing menyatakan kehadiran kapal di wilayah tersebut sebagai provokasi yang mengganggu stabilitas.
"Tindakan kapal AS benar-benar salah," kata Kolonel Senior Zhang Chunhui dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
“Tindakan semacam itu tidak hanya mengganggu situasi regional, tetapi juga membahayakan stabilitas di Selat Taiwan, yang dengan tegas kami lawan.”
Hanya saja sekali lagi, AS menyatakan bahwa tindakan nyelonong mereka itu bukanlah tindakan ilegal.
Armada Ketujuh AS mengatakan bahwa kapal fregat itu adalah bagian dari Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan bertindak di wilayah operasi armada.
Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Militer AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional,"tulis dalam pernyataan resmi AS.
Sejatinya militer China pantas meradang.
Sebab, transit kapal perusak AS seperti itu sudah tiga kali terjadi semenjak Joe Biden menjabat sebagai Presiden AS.
Entah itu karena perintah Presiden Biden sendiri atau memang begitulah cara kerja Angkatan Laut AS.
Hanya saja China tidak bisa menerimanya.
"Tindakan Angkatan Laut AS ini telah menciptakan faktor risiko di seluruh Selat Taiwan dan dengan sengaja merusak perdamaian dan stabilitas regional," ucapKolonel Zhang.
“Kami dengan tegas menentang ini."
"Ingat bahwa pasukan kami selalu siaga tinggi dan siap menanggapi semua ancaman dan provokasi."
Presiden China Xi Jinping telah berulang kali membuat klaim bahwa Taiwan adalah bagian dari China di bawah 'Kebijakan Satu China'.
Rencananya untuk menyatukan kembali China dengan Taiwan telah melihat serangan harian ke perairan dan wilayah udara Taiwan.
Tapi AS bukannya mundur malah semakin maju.
MenurutKomandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Philip Davidson, China dapat menyerang Taiwan dalam enam tahun ke depan.
“Saya khawatir mereka mempercepat ambisi mereka untuk menyerang Taiwan," jelas Laksamana Philip Davidson.
“Taiwan jelas merupakan salah satu ambisi mereka."
"Tapi mereka diam selama AS menjaga Taiwan dengan baik," tutupnya.