Intisari-Online.com - Pada 16 Oktober 2020, terjadi kehebohan di Prancis.
Ini karena seorang guru sejarah Prancis bernama Samuel Paty dibunuh dan kepalanya dipenggal diConflans-Sainte-Honorine, pinggiran Paris.
Paty dituduh sebagaiIslamophobia.
Ini karena muridnya mengatakan Paty telah menghina Nabi Muhammad.
Saat itu, Paty dituduhmenginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas supaya sang guru bisa menunjukkankartun Nabi yang dianggap menghina.
Kejadian itu lantas menimbulkan makian dari seluruh umat Muslim di seluruh dunia dan menimbulkan kekacauan.
Dan kini apa yang sebenarnya terjadi di balik aksi pemenggalan kepala Paty terungkap.
Apa itu?
Dilansir dari BBC pada Jumat (12/3/2021), semua kejadian tragis itu bermula dari pengakuan seorang siswi Prancis berusia 13 tahun.
Gadis yang namanya dirahasiakan itumengatakan kepada ayahnya bahwaPaty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas.
Itu karena dia ingin menunjukkan kartun Nabi selama kelas tentang kebebasan berbicara dan penistaan.
Ayahnya, Brahim Chnina (48), yang juga seorang Muslim tidak menerimanya.
Sang ayah lantasmengajukan pengaduan hukum terhadap gurunya dan memulai kampanye media sosial atas insiden tersebut berdasarkanpengakuan putrinya.
Dia menyebutkan nama Paty dan di mana Patu bersekolah, yaitudi Conflans-Sainte-Honorine, sebelah barat Paris.
Bahkan dia mengungah 2 video terkait kasus putrinya.
Kisah ini lantas viral dan menyedot banyak perhatian. Khususnya untuk umat Muslim.
Mereka segera menuntut permohonan maaf dan menginginkan Paty dihukum.
Ternyata kisah viral ini sampai ke telinga seorang pemuda bernamaAbdullakh Anzorov (18).
Dan itu membuatAbdullakh Anzorov gelap mata hingga membunuh dan memenggal kepala Paty.
Tapi tak lamaAbdullakh Anzorovditembak mati oleh polisi tak lama setelah serangan itu.
Hanya saja, kematian Samuel Paty dan Abdullakh Anzorov malah menambah ricuh.Sampai membuat polisi turun tangan dan mengadalan penyelidikan.
Setelah beberapa bulan, akhirnya semuanya terungkap.
Ternyata pengakuan siswi itu bohong.
Ya, dalam pengadilan, siswi itu mengaku telah berbohong tentang gurunya sebelum dia dibunuh tahun lalu.
Ketika kejadian itu, sang siswi malah tidak ada di kelas. Ini karena dia tengah diskors karena berulang kali absen dari sekolah.
Namun karena tidak mau mengecewakan ayahnya, dia membuat pernyataan palsu mengenai Paty.
Dia hanya tidak tahu, pernyataan palsu itu memicu gelombang masalah di Prancis dan negara-negara Muslim lainnya.
"Dia telah berbohong," kata pengacaranya, Mbeko Tabula, kepada kantor berita AFP.
Pengakuan siswi itu lantas membuat marah warga Prancis. Karena aksinya sembrononya, nyawa dua orang tak terselamatkan.
Nyawa gurunya Paty, dan nyawa pembunuh Paty yang ditembak mati.
Sementara ayahsiswi tersebut meminta maaf.
"Saya minta maaf. Saya percaya kebohongan putri saya tanpa memeriksanya. Saya bersalah," ucapBrahim Chnina (48).
Dalam pengadilan, para penyelidik mengatakan, siswi tersebut menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.