Intisari-online.com -Tidak dapat dipungkiri, untuk saat ini, ideologi berperan penting dalam pembentukan persekutuan dua negara.
Negara yang menjunjung demokrasi akan lebih mudah bersekutu dengan negara demokrasi lainnya.
Itulah sebabnya mengapa Uni Eropa kesulitan bersekutu dengan Rusia, karena perbedaan ideologi yang sangat jelas.
Perbedaan ideologi ini lebih terasa juga di Asia.
Siapa mengira, negara tetangga Indonesia memiliki persekutuan kuat dengan salah satu negara terasing di dunia, Korea Utara.
Persekutuan ini terbentuk dari ideologi komunisme.
Mengutip Lowy Institute, tahun 2019 lalu saat pemimpin Korea Utara bertemu dengan pemimpin Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, Trump menawarkan tumpangan pulang bagi Kim menggunakan Air Force One.
Penawaran itu ditolak Kim, rupanya bukan tanpa alasan Kim Jong-Un menolaknya.
Pertemuan nuklir yang gagal itu dilaksanakan di Vietnam, dan Trump tidak tahu, Kim Jong-Un punya banyak urusan di Vietnam saat itu.
Kim berada di Vietnam juga untuk memperbaiki hubungan Vietnam-Korea Utara.
Sehari setelah Trump kembali ke AS, Kim memulai kunjungannya ke Vietnam, pertama kalinya sejak 1964 oleh pemimpin Korea Utara.
Kim bertemu Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam dan Presiden Nguyen Phu Trong dan Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc.
Kedua pihak mengusulkan perbaruan hubungan bilateral yang sudah dibuat oleh pendiri Korea Utara Kim Il-sung dan pendiri Vietnam Ho Chi Minh, diwariskan lewat generasi dan "berdasarkan darah".
Pada ulang tahun ke-70 pembentukan hubungan diplomatik Januari 2020 lalu, Vietnam dan Korea Utara memastikan komitmen mereka memperdalam hubungan bilateral seperti disetujui di Hanoi 2019 itu.
Keduanya kemudian saling memberi selamat satu sama lain setelah berhasil melaksanakan kongres partai berkuasa Januari tahun ini.
Hubungan yang buruk
Namun selama 70 tahun hubungan diplomatik itu, hubungan keduanya tidak begitu baik.
Sejarah mencatat Hanoi dan Pyongyang merupakan sekutu kuat selama Perang Vietnam (1954-1975).
Keduanya berbagai ideologi Komunis dan membenci kehadiran AS.
Namun persekutuan itu dengan cepat berakhir setelah 1975, dan Hanoi serta Pyongyang temukan mereka bermusuhan di perpecahan Sino-Soviet.
Uni Soviet mendukung penjajahan Vietnam di Kamboja, sementara Pyongyang mengecam ambisi Hanoi di Indochina dan diam saja saat China umumkan perang perbatasan melawan Vietnam di tahun 1979.
Hubungan membaik sedikit di akhir tahun 1980-an saat pasukan Vietnam ditarik dari Kamboja.
Meski begitu, Vietnam semakin merusak hubungan itu ketika melaksanakan hubungan diplomasi dengan Korea Selatan tahun 1992, membuat kedua negara menghentikan pertukaran tingkat tinggi selama 8 tahun berikutnya.
Vietnam dan Korea Utara bersekutu atas dasar ideologi Komunis dan nasionalismenya.
Ideologi Juche milik Korea Utara dan Pemikiran Ho Chi Minh milik Vietnam mengakar dalam perjuangan nasionalis anti-kolonial melawan Jepang dan Perancis.
Keduanya menekankan pentingnya mempertahankan kemerdekaan nasional melalui konstruksi sosialis nasional.
Lebih jauh lagi sebagai dua negara dengan partai tunggal, kedua negara tidak dapat memisahkan keamanan negara dari keamanan rezim Komunis.
Secara konsekuen, pola merebak bahwa Vietnam dan Korea Utara merupakan sekutu dekat saat keduanya memiliki kepentingan keamanan nasional dan nilai ideologi yang sama.
Kemudian ketika ada perbedaan besar dengan apa yang mereka hargai mengenai kepentingan nasional atau ideologi, Hanoi dan Pyongyang akan menurunkan ikatan bilateral.
Hanoi bersekutu dengan Pyongyang selama Perang Vietnam karena alasan ini.
Tahun 1958 saat kunjungan Kim Il-sung ke Hanoi, dua negara sepakati deklarasi gabungan berkomitmen bersekutu membangun sosialisme dan melawan kehadiran AS.
Korea Utara sangat berkomitmen membantu Vietnam Utara sampai Kim bersedia menunda rencana ekonominya agar bisa membantu sekutunya, seakan-akan Perang Vietnam merupakan perangnya sendiri dan bahkan mengirim pilot melawan AS di Vietnam Utara.
Namun Pyongyang berang ketika Hanoi memulai membicarakan perdamaian dengan Washington tahun 1968, karena hal itu akan mengurangi tekanan militer dan membiarkan AS fokus ke Korea.
Ketegangan mulai mendalam ketika awal 1970-an yaitu ketika dua negara tidak setuju bagaimana melawan AS.
Namun ketika Vietnam memperbaiki ikatan dengan Korea Selatan tahun 1992 seperti China dan Rusia, Korea Utara yakin hal itu adalah pengkhianatan yang terburuk, sejak itu keduanya berhenti melakukan pertemuan tahunan.
Tahun 1996 Korea Utara gagal membayar 20 ribu ton beras Vietnam senilai 18 juta.
Beberapa tahun berikutnya, Pyongyang mengirim perwakilan ke Hanoi meminta beras karena putus asa akibat kelaparan, tapi Hanoi tega menolaknya.
Saat ini, hubungan setelah tahun 2019 bukanlah acara terpisah tapi tren rekonsiliasi yang dimulai dengan keinginan reformasi Korea Utara.
Namun investasi Vietnam akan tetap terhalang dengan sanksi internasional atas program nuklir Korea Utara.
Hubungan keduanya bisa membaik satu-satunya adalah dengan Korea Utara bergabung lagi dengan komunitas internasional, seperti Vietnam awal tahun 1990-an, tapi hal itu sepertinya masih lama.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini