Catat! Jangan Pernah Lagi Buang Tisu Basah ke Dalam Toilet, Bisa Picu 'Kekacauan Lingkungan'

Ade S

Editor

Meski terlihat lebih bersih dan aman bagi tubuh, apalagi dalam kondisi pendemi seperti saat ini, tisu basah ternyata memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Meski terlihat lebih bersih dan aman bagi tubuh, apalagi dalam kondisi pendemi seperti saat ini, tisu basah ternyata memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

Intisari-Online.com -Jika Anda terbiasa menggunakan tisu basah saat buang air besar atau kecil, mulai sekarang pastikan tidak membuangnya ke dalam toilet.

Meski terlihat lebih bersih dan aman bagi tubuh, apalagi dalam kondisi pendemi seperti saat ini, tisu basah ternyata memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

Sebab, ternyata tisu basah sangat berbahaya jika sudah masuk ke dalam saluran pembuangan.

Baca Juga: Tanpa Kita Sadari, Ternyata Bumi Sudah Memasuki Era Kepunahan Ke-6, Ulah Manusia Ini Jadi Penyebab Utamanya

Bahkan, saking berbahayanya, karena dianggap dapat memicu 'kekacauan lingkungan', tisu basah bersama dengan lemak rumah tangga sampai disebut monster.

Perusahaan air bahkan sampai menyerukan label baru pada tisu basah karena sudah sering menimbulkan kasus kekacauan lingkungan.

Para ahli mengatakan konsumen sedang disesatkan oleh kemasan pada tisu karena mereka tidak tahu dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh tisu basah.

Baca Juga: Hidup Dalam Lingkungan Ektrem, Untuk Bernafas Saja Kesulitan, Beginilah Nasib Tentara China yang Berjaga di Perbatasan India, Terpaksa Lakukan Hal Ini Untuk Bernafas

Tidak seperti kertas toilet standar, tisu basah tidak larut, dan mengandung bahan-bahan yang tidak hancur seperti tissue berbasis kertas. Mirip dengan saat kita membuang plastik.

Akibatnya, perusahaan air menghabiskan sekitar 88 juta poundsterling (atau sekitar Rp1,4 triliun) dalam setahun untuk membersihkan 360.000 penyumbatan yang mendorong terbentuknya suatu tumpukan seperti lemak yang kerap disebut “fatbergs” atau “poobergs”.

Setengah dari penyumbatan global disebabkan oleh pembuangan tisu basah.

Pada bulan Februari 2019, sebuah fatberg besar disebabkan oleh tisu bayi, popok dan lemak yang ditemukan bersembunyi di bawah jalan-jalan Oxford, Inggris, yang menyebabkan banjir di di perumahan.

Dan pada bulan Juni di tahun yang sama, pekerja selokan dipaksa untuk mengangkut sebuah fatberg berbau tengik sebesar van transit di South Hykeham, Lincs.

Perusahaan air Inggris sekarang telah mengeluarkan saran tentang apa saja produk rumah tangga yang dapat dan tidak dapat dibuang ke toilet.

Baca Juga: Bukti Arkeologis Mengungkap Bahwa Orang-orang dalam Bibel Israel 3.000 Tahun yang Lalu Sudah Menderita Polusi Timbal, Kok Bisa?

Mereka juga mendesak perusahaan untuk menandai dengan jelas tisu dan produk kebersihan pribadi dengan “Jangan Dibuang ke Toilet”.

Hasil 'Otopsi'

Dilansir Guardian, Sebuahfatberg raksasa yang ditemukan di kota Devon, Inggris, pernah menyita banyak perhatian masyarakat, terutama pemerhati lingkungan.

Baca Juga: Menikah Baru Sebulan, Pria Ini Sudah Membunuh Istrinya Sendiri

Apalagi setelahfatbergraksasa yang dijuluki sebagai 'monster' tersebut 'diotopsi'.

Otopsi dilakukna oleh sebuah tim ilmuwan dari University of Exeteruntuk mengetahui apakahfatbergtersebut dapat menimbulkan risiko lingkungan.

Isinya ternyata seperti dugaan beberapa ahli lingkungan, yaitu: lemak dari sampah rumah tangga, tisu basah, dan produk-produk kebersihan lain yang komponen utamanya berasal dari binatang.

Baca Juga: Polemik Pengesahan UU Cipta Kerja dalam Konservasi Lingkungan Hidup, Peran Nyata KPPU Terapkan Keseimbangan

Selain itu, di dalamfatberg raksasa tersebut juga ditemukan potongan tulang, ranting, tali, bahkan sampai gigi palsu.

Satu-satunya hal yang bisa disyukuri dari hasil 'otopsi' ini adalah bahwa monster tersebut tidak mengandung bahan kimia beracun.

“Kami semua agak terkejut menemukan bahwa Sidmouth fatberg ini hanyalah gumpalan lemak yang dikumpulkan dengan tisu basah, pembalut wanita, dan produk rumah tangga lainnya yang harus dibuang ke tempat sampah dan bukan ke toilet," ujarProf John Love,seorang pakar biologi sintetis di University of Exeter.

"Serat mikro yang kami temukan mungkin berasal dari tisu toilet dan cucian, dan bakterinya adalah bakteri yang biasanya kami kaitkan dengan saluran pembuangan.”

Baca Juga: Hutan Lestari Tinggal Mimpi, UU Cipta Kerja Coret Kewajiban Pemerintah Menjaga 30 Persen Hutan

Artikel Terkait