Beberapa kasus prasangka terhadap warga Papua berasal dari pengabaian, tapi hal itu menjadi masalah berbahaya ketika aksi itu dihubungkan dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Salah satu contoh utamanya adalah kasus serangan Surabaya Agustus 2019 lalu, saat anggota DPRD meneriakkan seruan ejekan kepada mahasiswa Papua di tempat mereka tinggal.
Saat itu, pelaku merasa tindakannya dibenarkan, karena menghadapkan mahasiswa terkait penodaan bendera nasional, sebuah tuduhan yang tidak pernah terbukti sampai saat ini.
Kejadian itu tunjukkan jika ada "perasaan nasionalisme semu" yang melekat dengan rasisme terhadap masyarakat Papua.
Kejahatan kebencian entah bagaimana secara keliru dikaitkan sebagai tindakan patriotisme, kepercayaan yang didasarkan pada generalisasi berlebihan jika semua orang asli Papua terkait akan itu.
Pandangan yang salah mengenai rasisme disamarkan sebagai patriotisme yang diamini warga Indonesia non-Papua ini telah membaurkan garis antara masalah sosial dan politik di Indonesia.
Sayangnya, keyakinan akan masalah ini telah menciptakan konsepsi yang salah bahkan di antara akademisi dan pejabat pemerintah Indonesia.
Diskusi mengenai topik ini sering dianggap sensitif dan tabu di pihak publik.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR